Sabtu, 04 April 2020

Yuk Cerdas Memilih Saham dalam Berinvestasi di Tengah Pandemi !

Oleh : Tyas Agustin Setyaningrum / 17510030, Mata Kuliah: Analisis Sekuritas/ Kelas F
Dosen Pembimbing : M. Nanang Choiruddin, SE.,MM.

Bursa Efek Indonesia (BEI) menjelaskan bahwasannya saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan pilihan salah satu plihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada  sisi yang lain, saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik.

 
Sumber: insight.kontan.co.id

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan bahwasannya saham itu bersifat fluktuatif, bisa naik dan bisa turun sama halnya dengan harga barang atau komoditi di pasar. Bagi beberapa orang disanalah seninya, bila pasar statis tidak akan menarik minat investor.  Dalam teori ekonomi, naik turunnya harga saham merupakan sesuatu yang lumrah karena hal itu digerakkan oleh kekuatan penawaran dan permintaan.


Saham merupakan salah satu pilihan investasi yang memberikan keuntungan yang besar (high return).  Keuntungannya diberikan dalam bentuk capital gain  maupun deviden. Namun dibalik keuntungan itu semua pasti ada risiko yang tersimpan, yaitu capital loss. Ada beberapa cerminan yang dapat dipakai dalam membaca pergerakan harga saham, antaraa lain Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Pefindo25, dan IDX30. Namun dari semua itu, IHSG merupakan acuan pokok yang digunakan dalam mengetahui pergerakan harga saham di Indonesia.

Pada penutupan perdagangan saham, Jumat (3/4/2020), IHSG ditutup menguat 91,74 poin atau 2,02 persen ke posisi 4.623,42. Sementara itu, indeks saham LQ45 juga menguat 2,08 persen ke posisi 702,41. Selama perdagangan IHSG berada di posisi tertinggi pada level 4.623,42 dan terendah 4.531,81. Sebanyak 257 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau. Sementara 142 saham melemah dan 135 saham diam di tempat. Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 561.311 kali dengan volume perdagangan 9 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 6,6 triliun. Investor asing jual saham Rp 70,54 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 16.425. Dari 10 sektor pembentuk IHSG, sebagian besar menghijau. Penguatan dipimpin oleh sektor industri dasar yang naik 8,52 persen. Kemudian disusul sektor infrastruktur yang menguat 2,83 persen dan sektor manufaktur yang menguat 2,72 persen.

Dalam investasi saham, ada dua analisis yang dilakukan, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendapatkan saham yang paling bagus. Kedua analisis tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda satu sama lain. Intinya, semua analisis, baik analisis fundamental maupun teknikal, dimaksudkan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dan sedalam-dalamnya mengenai instrumen investasi yang ada.

Dari analisis yang dilakukan dengan analisis fundamental, yang perlu diperhatikan adalah acuan untuk menentukan baik atau jeleknya saham. Berikut ini adalah kriteria-kriteria yang bisa digunakan sebagai acuan: memiliki kapitalisasi pasar >Rp500 miliar, emiten yang memiliki model bisnis yang jelas dan baik, perusahaan konsisten dalam meningkatkan laba atau saham dari kuartal ke kuartal, perusahaan tidak memiliki utang yang lebih besar dari Debt Equity Ratio (DER), saham menjadi market leader, Price Earning Ratio (PER) rata-rata tidak jauh berbeda. Selain metode fundamental, melalui analisis teknikal, kita juga bisa memilih saham-saham yang bagus untuk diinvestasikan dengan mengacu pada kriteria-kriteria berikut: memilih saham dengan arah chart dominan >45°, tidak membeli saham yang 80% sideways, hanya memilih saham yang memiliki tingkat volatilitas yang tinggi dan secara liquid diperdagangkan setiap hari, pilih perusahaan yang memiliki jumlah saham beredar di pasar cukup banyak dan ini mengindikasikan bahwa floating share kepemilikan emiten tidak lebih dari 40%, Memiliki jumlah lot yang cukup banyak sehingga harga saham tersebut tidak mudah dipermainkan. 

            
         Sumber: Tribunnews.com

Di tengah pandemi virus corona atau covid-19 ini bisa kita lihat bahwa saham telekomunikasi atau sering disebut dengan TLKM sedang memiliki peluang yang baik untuk melakukan investasi jangka panjang karena dapat kita ketahui jika di tengah pandemi virus corona atau covid-19 sebagian kantor menyarankan untuk pekerjanya melakukan work from home atau sering disebut WFH. Hal yang sama pun dilakukan oleh sekolah dan perguruan tinggi untuk mengadakan perkuliahan sistem daring (dalam jaringan) agar mampu mengurangi adanya tatap muka secara langsung yang bisa membantu mempermudah penyebaran virus corona atau covid-19 ini. Maka tidak dapat dipungkiri jika adanya koneksi data menjadi kebutuhan dasar bagi masyarakat yang menjalani work from home dan membuat penggunaan layanan internet semakin tinggi pula. Beberapa sekolah dan perguruan tinggi pun juga telah bekerja sama dengan berbagai layanan seperti Telkomsel yang memberikan akses data bebas kuota  hingga 30GB bagi pelajar dan mahasiswa untuk mengakses aplikasi-aplikasi  pembelajaran jarak jauh yang telah berkerja sama dengan beberapa aplikasi pembelajaran melalui media online seperti Ruangguru, Quipper, Zenius, Bahasa dan Cakap serta E-Learning.

Kemudian sempat disinggung bahwasannya saat ini terjadi penguatan beberapa saham. Penguatan dipimpin oleh sektor industri dasar yang naik 8,52 persen. Kemudian disusul sektor infrastruktur yang menguat 2,83 persen dan sektor manufaktur yang menguat 2,72 persen. Ini membuktikan jika meskipun di tengah pandemi saham yang berada di sektor industri, infrastruktur, dan manufaktur tetap bisa survive. Hal ini dikarenakan produk yang ada dalam saham-saham tersebut tetap menjadi kebutuhan bagi masyarakat disaat baik terjadi pandemic virus corona atau covid-19 ini ataupun sebaliknya. Jadi pilihlah saham yang sekiranya produknya itu menjadi kebutuhan yang penting dalam masyarakat.
 
DAFTAR PUSTAKA 
BUKU
Halim, Drs. Abdul S.E., MBA, CSA. 2005. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat
Sawidji Widoatmodjo. 2009. Pasar Modal Indonesia Pengantar & Studi Kasus. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sukardi, David Kodrat, dan Indojaya, Kurniawan. 2010. Manajemen Investasi: Pendekatan Teknikal dan Fundamental untuk Analisis Saham. Yogyakarta: Graha Ilmu.
 JURNAL
Danika Reka. 2014. Analisis Fundamental, Teknikal, dan Makroekonomi Harga Saham Sektor Pertanian. Vol 16 Nomor 2. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan.
INTERNET
diakses pada tanggal 01 April 2020
https://liputan6.com/tag/ihsg-melemah
diakses pada tanggal 01 April 2020
diakses pada tanggal 02 April 2020
diakses pada tanggal 03 April 2020
diakses pada tanggal 03 April 2020
diakses pada tanggal 03 April 2020
diakses pada tanggal 03 April 2020

15 komentar: