Oleh : M. Ramdan, 17510238, Jurusan
Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri Maliki Malang
Dosen
Pengampu : M. Nanang Choiruddin, SE., MM
Seperti
yang telah diketahui bahwa dunia sampai saat ini tengah dihadapkan oleh
permasalahan yang sangat mempengaruhi perekonomian yang ada didunia, yaitu
virus Covid-19 (corona). Virus ini awalnya di Kota Wuhan, China. Wabah
Virus Covid-19 di Indonesia menyebabkan harga saham perusahaan-perusahaan yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia mengalami trend
penurunan harga. Hal ini disebabkan karena kebanyakan investor saham di
Indonesia merupakan orang asing sehingga investor khawatir untuk berinvestasi
di Indonesia dan menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan mengalami pelemahan
akibat dampak dari lesunya perekonomian Indonesia akibat wabah virus Covid-19.
Pasar
modal di Indonesia telah menjadi suatu lembaga investasi yang berperan penting
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pasar modal memiliki fungsi menyediakan
fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana
(investor) kepada pihak yang membutuhkan dana (perusahaan). Pasar modal menjadi
wadah alternatif bagi perusahaan untuk mendapatkan dana guna menjalankan dan
mengembangkan usaha selain melalui lembaga keuangan lainnya seperti bank,
koperasi dan pegadaian. Pasar modal merupakan tempat pertemuan antar perusahaan
dengan individu atau masyarakat atau sebaliknya dan juga antar perusahaan
(Erari, 2014) dikutip dalam Anisa & Asakdiyah (2017).
Menurut
buku panduan pemodal (2008: 27) saham merupakan bukti penyerahan modal disuatu perusahaan
atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Bentuk saham adalah
selembar kertas berkekuatan hukum yang menjelaskan bahwa pemilik kertas
tersebut ikut andil dalam penyertaan modal perusahaan. Sedangkan menurut
Sutrisno (2001) saham merupakan surat bukti kepemilikan perusahaan atau penyertaan
pada perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT) dikutip dalam (Istanti,
2013)
Beberapa
nilai yang berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku (book value),
nilai pasar (market value) dan nilai intrinsik (intrinsic value),
nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan emiten. Nilai
pasar merupakan nilai saham di pasar saham dan nilai intrinsik merupakan nilai
sebenarnya dari saham (Jogiyanto, 2013). Nilai suatu saham tergantung dari
aliran kas yang diharapkan investor dimasa depan. Dengan demikian proses penilaian
suatu saham akan meliputi sebagai berikut (Tandelilin, 2017: 308) :
1.
Estimasi aliran kas
saham di masa depan. Hal ini
dilakukan untuk menentukan jumlah dan waktu aliran kas yang diharapkan.
2.
Estimasi tingkat return yang disyaratkan.
Estimasi ini dibuat dengan mempertimbangkan
risiko aliran kas di masa depan dan
besarnya return dari alternatif investasi lain akibat pemilihan investasi pada saham,
atau disebut sebagai biaya kesempatan (opportunity cost). Tingkat return yang
diharapkan dari setiap aliran kas bisa bersifat konstan sepanjang waktu atau berubah-ubah.
3.
Mendiskontokan setiap aliran kas dengan tingkat diskonto sebesar tingkat return yang
disyaratkan.
4.
Nilai sekarang setiap aliran kas tersebut dijumlahkan, sehingga diperoleh nilai intrinsik saham bersangkutan.
Harga
Saham menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004) merupakan nilai sekarang (Present
Value) dari penghasilan yang akan diterima oleh pemodal dimasa yang akan
datang. Sedangkan menurut Jogiyanto (2008) harga saham merupakan harga yang terjadi
di pasar bursa pada saat tertentu dan harga saham tersebut ditentukan oleh
pelaku pasar. Tinggi rendahnya harga saham ini ditentukan oleh permintaan dan
penawaran saham tersebut di pasar modal dikutip dalam (Priatinah dan Kusuma,
2012).
Pasar
modal di Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah dalam kondisi yang tak menentu sejak
mewabahnya virus corona (Covid-19) di Indonesia. Banyak saham emiten
berguguran, termasuk perusahaan-perusahaan negara alias BUMN. Pada perdagangan
kemarin, Selasa (24/3/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup
negatif. IHSG turun 51 poin (1,3 persen) ke level 3.937. Penurunan IHSG
melengkapi kinerja rupiah yang juga tengah terpuruk. Kompas.com merangkum
perbandingan harga saham berdasarkan informasi perdagangan BEI selama 60 hari
perdagangan terakhir atau sejak 30 Desember 2019 hingga penutupan perdagangan
terakhir pada 24 Maret 2020. Berikut beberapa saham BUMN yang harganya anjlok
cukup dalam sejak penghujung tahun 2019 lalu hingga saat ini (Kompas.com):
1.
Harga saham PT
Adhi Karya Tbk (ADHI) mengalami penurunan drastis hanya dalam 60 hari
perdagangan terakhir. Sahamnya terjun bebas hingga lebih dari separuhnya. Pada
penutupan perdagangan 30 Desember 2019 lalu, harga saham ADHI berada di level
Rp 1.210 per lembarnya. Lalu pada penutupan perdagangan terakhir, harganya
tinggal Rp 386.
2.
PT Semen
Indonesia Tbk (SMGR) jadi salah satu BUMN terbuka yang sahamnya anjlok sangat
tajam. Nilai saham produsen semen ini pada penutupan 30 Desember 2019 lalu
berada di level Rp 12.000 setiap lembarnya. Bandingkan harga sahamnya pada
penutupan terakhir yang ambles di level Rp 6.125 per lembarnya. Wabah corona
yang berpengaruh signifikan pada kinerja perseroan semakin membuat harga saham
SMGR semakin jatuh.
3.
Saham PT Jasa
Marga Tbk (JSMR) juga tak luput dari terjangan gejolak pasar modal. Harga
sahamnya terkapar dalam dalam 60 hari perdagangan terakhir. Harga saham pada
penutupan terakhir berada di level Rp 2.340 per lembarnya. Harga ini jauh di
bawah harga penutupan pada 30 Desember sebagaimana yang dicatat BEI yakni di
harga Rp 5.175 per lembar.
Berdasarkan teori ini kurva harga saham pada saat ini sedang berada
diposisi bawah dimana perusahaan perusahaan mengalami penurunan harga saham
yang drastis. Grafik pada posisi ini mengisyaratkan bahwa momentum yang tepat
pada saat ini yaitu melakukan transaksi pemebelian. Jatuhnya harga saham sesungguhnya membawa keuntungan bagi investor yang ingin melakukan investasi di pasar modal (Sudarsana, 2014). Oleh
karena itu, tidak semua dampak yang ditimbulkan
oleh virus Covid-19 ini bersifat negatif. Seharusnya para
investor dapat memanfaatkan kondisi saat ini
dengan sebaik untuk berinvestasi pada saat
harga saham turun karena jika sewaktu-waktu keadaan ini telah membaik atau
menjadi seperti sedia kala, harga saham juga akan
kembali menjadi harga normal sehingga dapat
memberikan keuntungan yang cukup besar
untuk para investor.
Anisa & Salamatun Asakdiyah, Pengaruh Variabel Fundamental
Terhadap Harga Saham Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia (Studi pada
Perusahaan Sub Sektor Batu Bara Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2013-2016), Jurnal Fokus, Vol. 7, No. 1, 2017.
Idris,
Muhammad, 2020, 10 BUMN yang
Sahamnya Rontok Parah Saat Corona Menyerang. Diakses 01 April 2020, Dari https://money.kompas.com/read/2020/03/25/182353726/10-bumn-yang-sahamnya-rontok-parah-saat-corona-menyerang.
Istanti, Sri Layla Wahyu, Pengaruh Kebijakan Deviden Terhadap
Harga Saham Pada Perusahaan LQ 45, Jurnal Potensia, Vol. 19, No. 01,
2013.
Jogiyanto, Teori Portofolio
dan Analisis Investasi,
Yogyakarta: BPFE-Yogayakarta, 2013.
Priatinah, Denies dan Prabandaru Adhe Kusuma, Pengaruh Return
On Investment (ROI), Earning Per Share (EPS) dan DividenPer Share (DPS)
Terhadap Harga Saham Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Periode 2008-2010, Jurnal Nominal. Vol. 1, No 1, Hal
50-64, 2012.
Sudarsana, I Made Budi , Ida Bagus panji Sedana, Luh Gede Sri
Artini, Pembentukan Portofolio Optimal Pada Saham – Saham Index IDX 30 di PT Bursa Efek Indonesia,
EJurnal Ekonomi dan Bisnis. Universitas Udayana, Vol.03, No.02, hal 45, 2014.
Tandelilin, Eduardus, Pasar modal: Manajemen
Portofolio & Investasi, Yogyakarta: PT Kanisius, 2017.
Mantulll informasinya, mangkanya untuk para investor jangan takut, keadaan nilai saham tidak akan selamanya memburuk, manfaat keadaan sekarang dengan sebaik mungkin
BalasHapusSetujuuu, artikelnya bagus
BalasHapusSemoga virus ini bisa segera berakhir dan bisa berdampak baik bagi para investor
BalasHapusGood information😊
BalasHapusSemoga wabah segera berakhir dan semuanya kembali membaik🙏