Oleh : Zahra Nurfitri Ramadhani
Dosen : M. Nanang Choiruddin SE., MM.
Kondisi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia sejak awal tahun 2020 sampai dengan tanggal 9 Maret 2020 mengalami tekanan yang signifikan yang diindikasikan dari penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Di samping itu, adanya wabah Corona yang telah menjalar ke seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia semakin menyebabkan harga saham terus menurun akibat investor yang panik akan nilai dari sahamnya yang terus menurun.
Untuk melakukan investasi ke suatu perusahaan pihak investor harus melakukan penilaian terlebih dahulu terhadap perusahaan yang dituju. Jika investor melakukan investasi tanpa melakukan penilaian tentunya akan sangat beresiko.Nilai saham perusahaan perlu diukur terlebih dahulu untuk menetukan nilai sebenarnya dari harga saham. Pengukuran ini dilakukan untuk menentukan nilai intrinsik saham sehingga tidak menimbulkan perbedaan persepsi dari calon investor. Perbedaan persepsi ini menyebabkan perbedaan cara pandang murah mahalnya harga saham perusahaan.
Secara umum nilai perusahaan digambarkan dengan adanya perkembangan harga saham perusahaan di pasar modal. Semakin tinggi harga saham suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut.Harga saham di pasar modal dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain, kinerja perusahaan secara keseluruhan khususnya prospek perusahaan di masa depan serta laba yang dihasilkan. Selain itu, deviden yang dibagikan kepada pemegang saham, suku bunga bank, serta tingkat perubahan harga dianggap cukup berpengaruh.Seluruh faktor fundamental tersebut dipengaruhi oleh kondisi perekonomian pada umumnya.
PT Bank Negara Indonesia (BBNI) jadi salah satu BUMN yang harganya anjlok cukup parah. Harga penutupan pada penutupan 27 Desember 2019 lalu, harga saham BBNI berada di level Rp 7.800 per lembarnya. Sedangkan harga penutupan pada 29 Maret 2020 nilainya hanya Rp 3.720 per lembar sahamnya. Hal ini disebabkan karena investor asing memutuskan untuk pergi meninggalkan pasar modal Indonesia.
Melansir dari Kontan.co.id(01/04), investor asing keranjingan melepas kepemilikannya atas saham-saham blue chips di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam sebulan terakhir, tiga bank besar tanah air sahamnya diobral dan menjadi pemuncak daftar net foreign sell (nilai jual bersih investor asing). Salah satu dari ketiga saham tersebut adalah PT. Bank Nasional Indonesia Tbk (BBNI).
Meski demikian, saham BBNI masih tetap menarik bagi investor, terutama investor domestik yang memborong saham Bank BNI hingga Rp 90,2 miliar, dan investor asing senilai Rp 76,8 miliar. RTI mencatat beli bersih asing (all market) senilai Rp 52,11 miliar. Artinya, koreksi harga saham sebuah perusahaan tidak selalu negatif, ini juga menjadi peluang terhadap lebih murahnya saham emiten tersebut. Apalagi saham BBNI berpotensi menguat ke depannya terutama setelah melewati masa pandemi ini Investor tidak hanya menggunakan harga saham dalam menilai kinerja perusahaan namun menggunakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Apabila perusahaan memiliki kemampuan laba yang baik tentu akan menarik bagi calon investor. Hal ini dikarenakan investor tertarik akan capital gain dan dividen yang akan dibayarkan perusahaan.
Berdasarkan berita yang telah di publish, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) akan membagikan dividen tunai senilai Rp 3,85 triliun atau sebanyak Rp 206,24 per saham dari tahun buku 2019. Laba bersih BBNI sendiri tercatat sebesar Rp 15,38 Trilliun. Alokasi dividen ini sudah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahunan yang telah berlangsung.
Hasil pengujian oleh Topowijono (2018) menyatakan hipotesis pertama menunjukan bahwa variabel independen Current Ratio (X1), Earning Per Share (X2), Return On Equity (X3), Debt to Equity Ratio (X4), Price Earning Ratio (X5) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variable dependen Harga Saham (Y) sebesar 43.4%. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukan bahwa variabel independen Earning Per Share (X2) dan Price Earning Ratio (X5) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Harga Saham (Y), dengan Earning Per Share (X2) adalah variabel yang paling dominan berpengaruh serta memiliki pengaruh positif.
Penelitian lain oleh Dewi dan Suaryana (2013) menyatakan bahwa ketiga variabel independen yang digunakan pada penelitian ini EPS, DER, dan PBV bersama- sama berpengaruh signifikan bagi harga saham perusahaan di bidang Food and Beverage yang terdaftar di BEI dengan periode pengamatan pada 2009-2011.
Berbagai riset justru melihat ini adalah saat yang tepat untuk mengoleksi saham BBNI, karena memiliki valuasi fundamental yang bagus dan murah. Danareksa Sekuritas memproyeksikan PBV BBNI tahun ini 0,9 kali, dan CGS-CIMB Sekuritas memproyeksikan PBV 0,85 kali. Selain itu, BBNI juga melakukan buyback atau pembelian kembali saham perseroan yang akan berdampak positif yakni akan meningkatkan nilai earning per share (EPS) perusahaan dari sebelumnya Rp 825/saham menjadi Rp 837/saham.
Idealnya investor lokal yang terlebih dahulu mengoleksi suatu jenis saham daripada investor asing sehingga investor lokal dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar. Ketika mengetahui jenis saham yang dipilih oleh investor asing, maka diharapkan investor lokal dapat mengambil langkah terlebih dahulu sebelum didahului oleh investor asing.
Sesuai dengan pemaparan diatas, maka saran yang dapat diberikan bagi para pelaku pasar modal yang akan melakukan investasi saham di Bursa Efek Indonesia sebaiknya lebih memperhatikan factor fundamental dan teknikal, khususnya kondisi keuangan perusahaan (emiten) karena para investor saat ini cenderung lebih bersifat spekulatif dimana para investor mengambil keputusan berdasarkan faktor lain tanpa memperhatikan atau mengabaikan informasi yang tercantum dalam laporan keuangan khususnya factor fundamental dan teknikal perusahaan emiten.
Berdasarkan analisa fundamental yang dilakukan terhadap BBNI, fakor ekonomi makro berkaitan dengan adanya wabah Corona turut mempengaruhi kondisi perekenomian suatu Negara termasuk pasar modal. Harga saham BBNI terus menurun hingga pada 29 Maret 2020 nilainya hanya Rp 3.720 per lembar sahamnya. Namun per (3/4) harga saham BBNI mengalami kenaikan menjadi Rp 4.010. hal tersebut menandakan bahwa akan adanya sinyal menguat dari saham BBNI. Sejalan dengan prediksi analis bahwa saham BBNI berpotensi menguat ke depannya terutama setelah melewati masa pandemi ini. Dari sisi fundamental, kinerja keuangan BBNI juga cukup bagus sehingga dengan harga saham yang murah investor disarankan bahwa saham BBNI masih layak untuk dibeli investor
DAFTAR PUSTAKA
Astikawati, Y dan Relita, D.T, Pengaruh Harga Saham Perusahaan Terhadap Transaksi Jual Beli Saham Di Pasar Modal Indonesia, Jurnal Profit Volume 4, Nomor 2, November 2017 hal 134-144
Dewi dan Suaryana, Pengaruh Eps, Der, Dan Pbv Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Teregister Di Bei Dengan Tahun Pengamatan Pada 2009-2011. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.1 (2013): 215-229
Kompas.com, BNI Bagikan Dividen Sebasar Rp 3.85 Trilliun Ke Pemegang Saham, (https://money.kompas.com/read/2020/02/20/205000626/bni-bagikan-dividen-sebesar-rp-3-85-triliun-ke-pemegang-saham), diakses pada 02 April 19:02
Kontan.co.id, Investor Asing Rajin Obral Saham BBRI, BBNI dan BBCA (https://insight.kontan.co.id/news/investor-asing-rajin-obral-saham-bbri-bbni-dan-bbca), diakses pada 2 April 2020 pkl 19.13
Rusli dan Dasar, Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan BUMN Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Akuntansi Vol. 01 No. 02 Juli 2014 hal 10-17
Topowijono, D.H, Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Pertambangan Subsektor Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia Periode 2013-2016), Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 62 No. 1 September 2018 hal 36-44
www.bni.co.id (https://www.bni.co.id/id-id/perusahaan/hubunganinvestor/kinerjasaham) diakses pada 3 April 2020 pkl 18.40
Boleh nih prediksi nya :))
BalasHapusLanjutkan berkarya mu
BalasHapusMantepp , artikelnya sangat informatif
BalasHapus