Oleh : Ikhsan A. Abimayu/17510045, Mata Kuliah : Analisis Sekuritas
Dosen Pembimbing : M. Nanang Choirudin,SE.,MM.
Dosen Pembimbing : M. Nanang Choirudin,SE.,MM.
Dewasa ini, seluruh penjuru dunia telah mendapat musibah yang besar yaitu Covid-19 termasuk Indonesia. Jumlah kasus di seluruh dunia hingga kemarin sudah mencapai 857 ribu lebih. Hanya dalam waktu kurang dari 3 bulan wabah sudah menyebar ke lebih dari 189 negara. Jumlah kasus yang bertambah signifikan dan menjangkiti negara di seluruh dunia membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan wabah ini sebagai pandemi pada 11 Maret lalu. Untuk mencegah transmisi penyebaran virus yang semakin meluas, berbagai negara mulai meniru langkah China dengan lockdown. Mulai dari Italia, Spanyol, India, Malaysia, Filipina semuanya sudah menerapkan lockdown.
Wabah tersebut tidak hanya mempengaruhi kesehatan warga dunia namun virus ini juga menggerus perekonomian global tanpa terkecuali Indonesia. Terbukti pada kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang kuartal pertama sangat jauh dari kata memuaskan. Pada kuartal pertama tahun 2020, IHSG sudah terkoreksi 27,95%. Pasar saham tanah air pun ditinggalkan oleh investor. Investor asing masih menjaga jarak dengan bursa saham RI. Lihat saja hanya dalam tiga bulan awal 2020, investor asing membukukan aksi jual bersih senilai Rp 10,3 triliun.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai saham pada awal tahun 2020 mengalami tingkat penurunan yang signifikan akibat Covid-19. Hal tersebut terbukti dari angka IHSG yang menurun serta banyak investor yang meninggalkan pasar saham tanah air. Ada beberapa transaksi saham yang anjlok di Indonesia antara lain; seperti terjadi di kota Sola yang nilai transaksinya menurun sebesar 50 persen dari tahun sebelumnya, sebagai perbandingan pada tahun lalu dalam satu bulan bisa mencapai Rp. 3 triliun namun saat kondisi seperti ini tidak sampai pada angka Rp. 1 triliun.
Tidak hanya itu, selama 60 hari perdagangan terakhir beberapa saham perusahaan-perusahaan negara alias Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga mengalami penurunan akibat Covid-19. Salah satunya PT Adhi Karya mengalami penurunan dalam 60 hari terakhir, tercatat bahwa pada penutupan perdagangan pada 30 Desember 2019 harga saham berada di level Rp. 1.210 per lembar sedangkan pada penutupan perdagangan terakhir hanya sebesar Rp. 386. Hal ini di sebabkan hambatan pada bahan baku karena impor dari luar negeri dan Perseroan mengandalkan jalur ekspendisi alternative dalam mengantisipasi hal tersebut.
Hal ini juga terjadi pada PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) sahamnya anjlok sangat tajam. Nilai saham pada penutupan 27 Desember 2019 lalu berada di level Rp. 12.225 per lembar sedangkan pada penutupan terakhir kemarin harga saham anjlok sangat parah di level Rp. 6.575 per lembarnya. Wabah corona ini berpengaruh pada kinerja perseroan sehingga membuat nilai saham SMGR semakin menurun.
Tidak hanya perusahaan semen yang mengalami penurunan saham, pada perusahaan perbankan juga demikian. PT Bank Negara Indonesia (BBNI) jadi salah satu BUMN yang harganya anjlok cukup parah. Harga penutupan pada penutupan 27 Desember 2019 lalu, harga saham BBNI berada di level Rp 7.925 per lembarnya bandingan pada harga penutupan kemarin yang nilainya hanya Rp 3.390 per lembar sahamnya. BBNI sebenarnya tak sendirian, kinerja saham bank pelat merah lainnya juga tengah terpuruk antara lain Bank Mandiri dan Bank BTN.
Ada beberapa langkah yang di lakukan pemerintah dalam bentuk stimulus perekonomian dan mengurangi dampak pasar yang berfluktuasi akibat Virus Covid-19. Walaupun pemerintah tidak bisa melawan kepanikan di pasar saham, akan tetapi pemerintah dan otoritas keuangan akan memantau serta membuat kebijakan yang tepat. "OJK sudah memberikan relaksasi dan kelonggaran, policy-nya cepat. BI juga berikan relaksasi dan kelongggaran, pemerintah memberikan relaksasi dan kelonggaran pajak dan memberikan insentif-insentif," kata Jokowi.
Tindakan OJK antara lain, dengan mengizinkan semua emiten atau perusahaan publik melakukan pembelian kembali (buyback) saham tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Kemudian menetapkan, jumlah saham yang dapat dibeli kembali dapat lebih dari 10 persen dari modal disetor dan paling banyak 20 persen dari modal disetor. Dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar 7,5 persen dari modal disetor.
Penurunan nilai saham di atas jika di kaitan dengan teori tentang factor yang mempengaruhi harga saham lebih cocok ke factor sosial politik. Faktor sosial politik ialah factor yang meliputi tingkat inflasi yang terjadi, kondisi perekonomian, dan keadaan politik suatu negara. Dalam hal ini kondisi perekonomian di Indonesia tidak stabil akibat wabah Covid-19, banyak saham-saham perusahaan milik negara mengalami penurunan dan kebutuhan pokok mengalami peningkatan harga. Dan apabila wabah ini terus berlanjut maka akan berdampak buruk pada perekonomianIndonesia.
Semoga wabah Covid-19 ini cepat berakhir dan menghilang sehingga aktivitas kembali berjalan normal serta perekonomian Indonesia dapat terkendali.
DAFTAR PUSTAKA
Aris Wasita. 2020. Transaksi saham Solo anjlok akibat COVID-19. https://www.antaranews.com/berita/1387678/transaksi-saham-solo-anjlok-akibat-covid-19, diakses pada tanggal 02 April 2020
Hadi Al Sumaterani. 2020. Saham 10 BUMN Ini Babak Belur Akibat Covid-19. https://aceh.tribunnews.com/2020/03/25/saham-10-bumn-ini-babak-belur-akibat-covid-19-berikut-rinciannya?page=4, diakses pada tanggal 02 April 2020
Ilman A. Sudarman. 2020. Hambatan Bahan Baku, Adhi Karya (ADHI) Andalkan Pasokan Alternatif. https://market.bisnis.com/read/20200315/192/1213568/hambatan-bahan-baku-adhi-karya-adhi-andalkan-pasokan-alternatif, diakses pada tanggal 02 April 2020
Ilyas Istianur Praditya. 2020. Bursa Saham dan Rupiah Terempas Virus Corona, Apa Skenario Indonesia untuk Bangkit?. https://www.liputan6.com/bisnis/read/4205445/headline-bursa-saham-dan-rupiah-terempas-virus-corona-apa-skenario-indonesia-untuk-bangkit, diakses pada tanggal 02 April 2020.
Muhammad Idris. 2020. 7 Saham Perusahaan Ini Amblas di Tengah Wabah Corona. https://money.kompas.com/read/2020/03/24/180447526/7-saham-perusahaan-ini-ambles-parah-di-tengah-wabah-corona, diakses pada tanggal 02 April 2020
Suad Husnan. 2005. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: UPP YKPN
Tirta Citradi. 2020. Kuartal I: Bursa RI Guncang dan Ditinggal Asing, IHSG 28%. https://www.cnbcindonesia.com/market/20200401145148-17-149085/kuartal-i-bursa-ri-guncang-ditinggal-asing-ihsg-drop-28, diakses pada tanggal 02 April 2020.
0 komentar:
Posting Komentar