Sabtu, 04 April 2020

ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL SEBAGAI DASAR PEMILIHAN SAHAM DALAM BERINVESTASI

Oleh : Afifah Chairunnisa (17510098) 
Dosen : M. Nanang Choiruddin SE., MM

Menurut Bodie (2014:42) “Saham merupakan bagian kepemilikan dalam suatu perusahaan yang dimana setiap lembarnya memberi hak satu suara kepada pemiliknya”. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang ikut diperdagangkan pada pasar modal. Menurut Darmadji (2012:5) saham dapat didefinisikan sebagai tanda pernyataan kepemilikan seorang atau badan usaha suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham dapat dikatakan sebagai sekuritas yang paling mudah diperdagangkan, hal ini dikarenakan saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih oleh investor karena menjanjikan keuntungan yang menjanjikan baik berupa deviden sebagai future income maupun keuntungan dari capital gain. Dibalik keuntungan, investasi dalam bentuk saham tentu memiliki resiko didalamnya bahkan semakin besar keuntungan maka semakin besar resiko yang akan di terima. Oleh karena itu, penting bagi seorang investor untuk melakukan analisis untuk menentukan saham yang bagus guna meminimalisir resiko dan memperoleh keuntungan maksimal.

Banyak teknik yang dapat dilakukan sebagai dasar atau acuan bagi investor untuk memilih saham yang hendak diinvestasikan. Salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah melihat berapa harga saham yang akan dibeli untuk memperoleh keuntungan maksimal. Dalam artikel ini, penulis membahas mengenai teknik analisis fundamental dan teknikal. Analisis fundamental, menurut Hermuningsih (2012:194) adalah usaha untuk menganalisis berbagai faktor yang berhubungan dengan saham yang akan dipilih melalui analisis perusahaan. Analisis ini juga dapat memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan cara memperkirakan nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang. Sedangkan, Menurut Tandelilin (2010:392) “Analisis Teknikal merupakan analisis dengan berbagai indikator dengan melihat pergerakan saham beberapa waktu sebelumnya”. Analisis teknikal menggunakan terdiri dari beberapa indikator garis trend untuk memprediksi pergerakan harga saham dalam bentuk chart. Selain itu dapat mengetahui apakah harga saham sudah dalam titik tertinggi (overvalued) atau titik terendah (undervalued).

Dalam pengambilan keputusan investasi khususnya saham, seorang investor dianjurkan untuk terlebih dahulu mengetahui nilai intrinsik dari suatu saham untuk kemudian dibandingkan dengan harga pasar. Nilai intrinsik tersebut dapat menunjukan present value arus kas yang diharapakan dari suatu saham. Menurut Sunariyah (2005:178) pedoman yang digunakan dalam pengambilan keputusan investasi saham adalah sebagai berikut: 

1.    Apabila nilai intrinsik lebih besar dari harga pasar saham saat ini maka saham tersebut dinilai undervalue (berada dibawah harga wajar/ terlalu rendah), dan karenanya harus dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki dengan pertimbangan suatu saat harganya akan naik kembali. 

2.    Apabila nilai intrinsik lebih kecil dari harga pasar saham saat ini, maka saham tersebut dinilai overvalue (berada diatas harga wajarnya/ mahal), dan karenanya harus dijual. 

3.    Apabila nilai intrinsik sama dengan harga pasar saham saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan. Keputusan investasi yang dapat diambil yaitu dengan mempertahankan atau mempertahankan saham tersebut untuk tidak menjual atau membeli saham tersebut sampai kondisi yang menguntungkan bagi investor.

Ide dasar analisis fundamental ini adalah dikarenakan kinerja perusahaan dapat dipastikan mempengaruhi harga saham (Halim,2015:4). Analisis fundamental digunakan untuk membandingkan harga intrinsik suatu saham dengan harga pasarnya. Beberapa pendekatan yang bisa dilakukan yaitu menggunakan pendekatan rasio keuangan pada perusahaan tersebut.

Pada analisis teknikal, Ide utama dari analisis ini adalah menggunakan data-data pergerakan harga dari waktu yang lalu untuk menentukan kemana harga pergerakan harga selanjutnya. Hal yang terpenting dari analisis teknikal adalah bagaimana analisis tersebut mampu mengenali trend sedini mungkin. Analisis teknikal dilakukan dengan memanfaatkan pola pergerakan indeks atau harga dari masa ke masa.

Dari lebih dari 200 indikator analisis teknikal, Moving Average, atau Rata-rata Bergerak adalah indikator yang paling mudah digunakan dan paling populer (Calginap, et al., 2003). Sayangnya, indikator tersebut hanya berlaku pada kondisi trend yang kuat, baik uptrend maupun downtrend. Pada kondisi pasar yang tidak menentu (choppy), alat analisis ini akan kehilangan kemampuannya (Thorp, 2009). Mengingat bahwa karakteristik pasar saham Indonesia cenderung choppy di mana harga cenderung naik dan turun tidak menentu, maka diperlukan sebuah indikator yang lebih sensitif dan responsif, yaitu indikator-indikator yang dikategorikan ke dalam kelompok oscilator. Para analis teknikal (yang terkenal dengan sebutan “technicians” atau “chartists”), menggunakan oscilator untuk menentukan titik overbought dan oversold, menentukan momentum sebuah sekuritas, dan mengidentifikasi divergence (ketidakselarasan) antara harga dan indikatornya. 

Dua buah indikator dalam kelompok oscillator yang mampu menggabungkan keunggulan-keunggulan dari Moving Average sebagai indikator tren dan oscilator adalah Stochastic Oscillator dan Moving Average Convergence Divergence, atau lebih dikenal dengan singkatan MACD. Stochastic Oscillator dikembangkan oleh Jeorge C lane pada tahun 1950-an, sedangkan MACD diciptakan oleh Gerald Appel di tahun 1985.

Daftar Pustaka:
Muhammad Ramdhan Reska Anung R. Rustam Hidayat Sri Sulasmiati. Penggunaan Analisis Fundamental Pendekatan Price Earning Ratio (PER) dalam Pengambilan Keputusan Investasi Saham ( Studi pada Saham Emiten yang Terdaftar dalam Jakarta Islamic Index Periode 2012- 2015). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 40 No.2 November 2016
Adi Prabhata. Efektifitas Penggunaan Analisis Teknikal Sochastic Oscillator dan Moving Average Convergence-Divergence (MACD) Pada Perdagangan Saham-saham Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Iodonesia. SINERGI KAJIAN BISNIS DAN MANAJEMEN Vol. 13 No. 1, Juni 2012

2 komentar:

  1. Oke nih, kalau buat lebih lengkapnya mending analisis pake 2 metode aja.. Biar bisa saling melengkapi kekurangan salah satu metode.. Jadi keputusan yang diambil sudah memperhatikan berbagai faktor

    BalasHapus
  2. Bisa buat tambahan referensi ini, terimakasih

    BalasHapus