Oleh : Dinda Yunita Hidayati (17510231), Analisis Sekuritas
Dosen Pembimbing : Nanang Choiruddin, SE.,MM.
Dosen Pembimbing : Nanang Choiruddin, SE.,MM.
Seiring
perkembangan ekonomi, pemegang dana memilih suatu instrumen investasi
lain seperti paper assets yang memberikan return lebih tinggi walaupun
dengan risiko yang lebih tinggi dari pada bank yang hanya memberikan 1-2
% bunga tabungan dan 5-7 % untuk deposito. Pemilik dana yang memahami
analisis keuangan pasti akan mengambil langkah berani dengan melakukan
trading di instrumen perdagangan efek, surat berharga atau saham melalui
jasa sekuritas. inilah langkah yang saat ini banyak dilakukan para
manager di lembaga-lembaga keuangan seiring dengan potensi daya beli
masyarakat yang meningkat (Faisal, 2016). Salah satu dari karakteristik
sekuritas adalah kemudahan dalam membentuk portofolio investasi.
Semakin
maju perkembangan investasi, instrumen efek menjadi salah satu tempat
yang menarik bagi dana pensiun. Saat investasi konvensional kehilangan
daya tarik, para manajer keuangan memasukkan dana pensiun ke dalam
perdagangan efek. Pembeliannya bersifat masif, dilakukan dalam skala
besar menyebabkan beberapa efek menjadi primadona, terutama
emiten-emiten yang memilki fundamental yang baik. Itu sebabnya harga
emiten menjadi lebih stabil dikarenakan dimiliki oleh investor yang
memiliki pandangan investasi jangka panjang (lebih dari 10 tahun).
Perusahaan yang memiliki kinerja yang baik, dengan laporan keuangan yang
lebih baik akan menarik daya beli banyak investor. Sejalan dengan
pengembangan dan penerapan sistem informasi yang efisien, sehingga
memberi kemudahan bagi pelaku pasar untuk melakukan aktivitas investasi.
(Tarigan, 2015)
Meningkatnya
kepentingan masyarakat luas untuk berinvestasi dengan melakukan
transaksi di pasar saham menimbulkan motivasi untuk mengetahui relevansi
portofolio saham yang disusun berdasarkan informasi publik yang
diperuntukkan bagi masyarakat luas, seperti majalah, surat kabar, maupun
informasi berita yang berasal dari layar kaca maupun dari internet.
(Jones,2014)
Pemilihan waktu pengambilan data setiap tiga bulan, sejalan dengan adanya laporan triwulan dari OJK. Otoritas Jasa Keuangan dalam kapasitasnya sebagai pengawas lembaga keuangan yang akan terus mewaspadai dan mencermati perubahan-perubahan dinamika keuangan global dan regional yang dapat menimbulkan tekanan pada industri keuangan. (OJK, 2013)
Adapun yang terjadi saat ini ambrolnya Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG hingga merosot 37,36 persen sejak awal tahun akibat sentimen pandemi Corona tak sedikit menimbulkan keresahan investor. Bahkan selama 2 pekan terakhir IHSG telah mengalami setidaknya 5 kali suspensi perdagangan sementara (trading halt) karena anjlok hingga 5 persen dalam satu hari.
Penyebaran virus yang cepat nyatanya berdampak sangat dalam, tidak terkecuali bagi perekonomian global yang terus menunjukkan volatilitas, bahkan cenderung menurun. Menurut OJK (Otoritas Jasa Keuangan) besarnya sentimen negatif terkait dengan penyebaran COVID-19 baik global maupun di Indonesia mempengaruhi keuangan, sektor keuangan khususnya dipasar keuangan baik pasar saham maupun SBN (surat berharga negara).
Pemerintah dan otoritas terkait kian gencar memberikan stimulus dan relaksasi demi mengurai hambatan ekonomi yang muncul dari pandemi ini. Mulai dari pengaturan mekanisme pasar keuangan hingga beragam insentif untuk sektor riil.
Lalu bagaimana seharusnya investor mengelola keuangannya di tengah situasi seperti saat ini ?, Berikut yang dapat penulis paparkan :
1. Tinjau Ulang dan Seimbangkan Portofolio
Peninjauan ulang portofolio secara berkala wajib dilakukan sesuai dengan tujuan investasi masing-masing investor. Saat menentukan tujuan investasi di awal, maka alokasi aset ditentukan dengan mengisi sebuah set pertanyaan investment risk profiler.
2. Perhatikan Momentum Investing
Optimistis dalam jangka panjang pasar saham akan selalu kembali rebound setelah adanya sebuah epidemi. Dengan begitu, investor dapat memanfaatkan situasi ini untuk membeli produk investasi berbasis saham karena harga saham yang rendah dan membiarkannya hingga kondisi pasar kembali membaik.
3. Diversifikasi
Diversification is Key in Investing. Saat ini sudah banyak pilihan lain untuk berinvestasi selain di instrumen pasar modal modal seperti saham, obligasi dan reksa dana. Diversifikasi investasi bisa melalui investasi alternatif yang marak ditawarkan oleh platform-platform fintech misalnya seperti Equity Crowdfunding (ECF), Project Financing dan Peer-to-Peer (P2P). Dapat menjadi pilihan diversifikasi yang baik bagi para investor. Namun, pastikan investor untuk berinvestasi hanya di produk investasi dan penyelenggara yang menyediakan produk investasi yang telah terdaftar dan mendapatkan izin dari OJK
Daftar pustaka
Faisal, Heri. 2016. http://market.bisnis.com/read/20160129/92/514046/investor-sahamsumbar-ditarget-bertambah-5.180
Jones, Charles P. 2014. Investments Analysis and Management, 7th Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc
Fitria Yuliana dan Noer Azam Achsan. 2017. Analisis Pembentukan Portofolio Berbasis Risk dan Return (Studi Kasus Saham di Jakarta Islamic Index Periode Juni 2011-Mei 2016). Vol. 5 No. 2 2017
Fenita Dwi, dkk. 2017. Kinerja portofolio saham berdasarkan saham perusahaan orang kaya indonesia menurut forbesh di bursa efek indonesia. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana 6.4 (2017) : 1425-1450
Tarigan, Riswan E. 2015. Peranan Sistem Informasi dengan Online Trading TerhadapPertumbuhan Pasar Modal di Indonesia. ComTech. Vol. 4. No. 2: 803- 8011.
https://www.idx.co.id/data-pasar/laporan-statistik/statistik/
https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/Pages/Siaran-Pers-Stabilitas-Sektor-Jasa-Keuangan-Tetap-Terjaga-di-Tengah-Merebaknya-Wabah-Virus-Corona.aspx
Pemilihan waktu pengambilan data setiap tiga bulan, sejalan dengan adanya laporan triwulan dari OJK. Otoritas Jasa Keuangan dalam kapasitasnya sebagai pengawas lembaga keuangan yang akan terus mewaspadai dan mencermati perubahan-perubahan dinamika keuangan global dan regional yang dapat menimbulkan tekanan pada industri keuangan. (OJK, 2013)
Adapun yang terjadi saat ini ambrolnya Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG hingga merosot 37,36 persen sejak awal tahun akibat sentimen pandemi Corona tak sedikit menimbulkan keresahan investor. Bahkan selama 2 pekan terakhir IHSG telah mengalami setidaknya 5 kali suspensi perdagangan sementara (trading halt) karena anjlok hingga 5 persen dalam satu hari.
Penyebaran virus yang cepat nyatanya berdampak sangat dalam, tidak terkecuali bagi perekonomian global yang terus menunjukkan volatilitas, bahkan cenderung menurun. Menurut OJK (Otoritas Jasa Keuangan) besarnya sentimen negatif terkait dengan penyebaran COVID-19 baik global maupun di Indonesia mempengaruhi keuangan, sektor keuangan khususnya dipasar keuangan baik pasar saham maupun SBN (surat berharga negara).
Pemerintah dan otoritas terkait kian gencar memberikan stimulus dan relaksasi demi mengurai hambatan ekonomi yang muncul dari pandemi ini. Mulai dari pengaturan mekanisme pasar keuangan hingga beragam insentif untuk sektor riil.
Lalu bagaimana seharusnya investor mengelola keuangannya di tengah situasi seperti saat ini ?, Berikut yang dapat penulis paparkan :
1. Tinjau Ulang dan Seimbangkan Portofolio
Peninjauan ulang portofolio secara berkala wajib dilakukan sesuai dengan tujuan investasi masing-masing investor. Saat menentukan tujuan investasi di awal, maka alokasi aset ditentukan dengan mengisi sebuah set pertanyaan investment risk profiler.
2. Perhatikan Momentum Investing
Optimistis dalam jangka panjang pasar saham akan selalu kembali rebound setelah adanya sebuah epidemi. Dengan begitu, investor dapat memanfaatkan situasi ini untuk membeli produk investasi berbasis saham karena harga saham yang rendah dan membiarkannya hingga kondisi pasar kembali membaik.
3. Diversifikasi
Diversification is Key in Investing. Saat ini sudah banyak pilihan lain untuk berinvestasi selain di instrumen pasar modal modal seperti saham, obligasi dan reksa dana. Diversifikasi investasi bisa melalui investasi alternatif yang marak ditawarkan oleh platform-platform fintech misalnya seperti Equity Crowdfunding (ECF), Project Financing dan Peer-to-Peer (P2P). Dapat menjadi pilihan diversifikasi yang baik bagi para investor. Namun, pastikan investor untuk berinvestasi hanya di produk investasi dan penyelenggara yang menyediakan produk investasi yang telah terdaftar dan mendapatkan izin dari OJK
Daftar pustaka
Faisal, Heri. 2016. http://market.bisnis.com/read/20160129/92/514046/investor-sahamsumbar-ditarget-bertambah-5.180
Jones, Charles P. 2014. Investments Analysis and Management, 7th Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc
Fitria Yuliana dan Noer Azam Achsan. 2017. Analisis Pembentukan Portofolio Berbasis Risk dan Return (Studi Kasus Saham di Jakarta Islamic Index Periode Juni 2011-Mei 2016). Vol. 5 No. 2 2017
Fenita Dwi, dkk. 2017. Kinerja portofolio saham berdasarkan saham perusahaan orang kaya indonesia menurut forbesh di bursa efek indonesia. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana 6.4 (2017) : 1425-1450
Tarigan, Riswan E. 2015. Peranan Sistem Informasi dengan Online Trading TerhadapPertumbuhan Pasar Modal di Indonesia. ComTech. Vol. 4. No. 2: 803- 8011.
https://www.idx.co.id/data-pasar/laporan-statistik/statistik/
https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/Pages/Siaran-Pers-Stabilitas-Sektor-Jasa-Keuangan-Tetap-Terjaga-di-Tengah-Merebaknya-Wabah-Virus-Corona.aspx
Setuju sama isi artikenya
BalasHapusMakasih ilmunya. Semoga pandemik ini bisa segera berakhir dan bisa berdampak baik bagi investor
BalasHapusNice artikel nyaa searah sama pemikiran hehe
BalasHapus