Sabtu, 04 April 2020

IHSG Anjlok karena Pandemi Virus Corona, Apakah ini saat yang Tepat untuk Berinvestasi Saham?

Oleh : Khofifa Tussilmi (17510015), Mata Kuliah Analisis Sekuritas (F)
Dosen Pembimbing: M. Nanang Choiruddin, SE., MM

Kampanye Yuk Nabung Saham (YNS) yang digemakan pemerintah beberapa tahun terakhir ini telah mampu menarik lebih dari 250.000 investor baru pada tahun 2019. Jumlah tambahan investor tersebut telah mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah Bursa Saham di Indonesia. Namun, investasi saham ternyata tidak semudah yang dibayangkan khususnya bagi investor pemula. Seorang investor harus mempunyai kepentingan terhadap informasi yang berkaitan dengan dinamika harga saham agar dapat mengambil keputusan tentang saham yang layak untuk dipilih. Usman (1990) dalam Septriana (2002) mengemukakan bahwa harga saham sebagai indikator nilai perusahaan akan dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung oleh fundamental dan faktor teknikal. Bagi investor pemula khususnya yang sama sekali belum memahami dan mengenal metode fundamental dalam berinvestasi saham, kemungkinan akan sangat kaget dengan tren fluktuasi yang terjadi. Seperti yang terjadi di awal tahun 2020 hingga saat ini, para investor pemula dibuat panik dan dilatih kesabaran dikarenakan portofolionya hold atau nyangkut atau turun merosot tajam.

Di awal 2020, Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) terus merosot tajam hingga saat ini. Bahkan, aksi jual yang masif membuat IHSG mengalami pekan paling mengerikan sejak 2008. Bulan lalu perdagangan di Bursa Efek Indonesia harus dihentikan selama 30 menit karena IHSG turun 5% atau lebih. Tujuannya adalah mengurangi fluktuasi tajam di pasar modal. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga memperbolehkan emiten melakukan buyback (pembelian saham beredar oleh emiten) saham tanpa melalui mekanisme Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Indonesia sebagai negara berkembang, secara ekonomi sangat sensitif sekali dengan roda ekonomi global (ekonomi makro). Segala jenis isu ekonomi baik positif atau negatif yang terjadi secara makro sangat mempengaruhi IHSG berupa penguatan atau pelemahan. Kondisi merosotnya IHSG saat ini diakibatkan oleh pasar saham global yang berjatuhan. Salah satunya adalah tren negatif yang terjadi pada Indeks Dow Jones. Beberapa waktu lalu, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengeluarkan kebijakan terkait dengan pandemi virus yang terjadi saat ini. Presiden Donald Trump mengumumkan larangan perjalanan untuk sementara waktu dari dan ke Eropa untuk meminimalkan penyebaran virus Corona (Covid-19). Selain itu, Word Health Organization (WHO) juga telah mengumumkan Covid-19 sebagai pandemi sesaat setelah kebijakan Presiden Donald Trump.

Hal ini yang mengakibatkan Indeks Dow Jones masuk ke dalam kondisi bear market. Bear market merupakan kondisi saat indeks ditutup 20% atau lebih di bawah titik tertinggi yang terbaru. Mengikuti kejatuhan pasar saham global, IHSG juga masuk dalam kondisi bear market. Selain disebabkan oleh pandemi Covid-19, tekanan pasar modal dunia disebabkan pula oleh perang harga minyak, dan penurunan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed).

Indonesia juga ternyata memiliki isu-isu negatif di dalam negeri. Kasus saham gorengan yang masih hangat yaitu kasus dugaan korupsi Jiwasraya dan Asabri juga menyebabkan forced sell sehingga tekanan jual meningkat. Banyak investor asing melakukan net sell sehingga tidak ada yang menahan laju penurunan indeks. Net sell tidak dapat dikontrol karena sebagian pesar pemegang saham di IHSG adalah asing. Selain itu, OJK juga melakukan suspensi produk dari 37 Manajer Investasi (MI). Hal ini mengakibatkan kepercayaan investor ke MI menjadi berkurang dan menarik modalnya kembali. MI yang gagal bayar dan indikasi bermasalah mengakibatkan semakin banyaknya forced sell yang kemudian diikuti kepanikan investor lain.

Naik atau turunnya saham dalam jangka waktu pendek sebaiknya diabaikan, karena menakar perilaku pasar yang tidak rasional seperti saat ini akan sia-sia. Jika fundamental awal berinvestasi yaitu nilai investasi maka proses menyimpan uang dengan ekspektasi mendapat imbal hasil dengan prinsip kehati-hatian harus dijaga. Apapun kekurangan dan risiko dari saham di portofolio yang diinvestasikan harus bisa diterima. Kalau saat ini sebagian besar saham portofolio merah bahkan turun 20%-40% pilihan ada di tangan masing-masing bukan mengikuti tren. Tentunya tujuan utama para investor melakukan investasi saham adalah mendapatkan cuan (untung besar). Namun dalam berinvestasi saham khususnya, investor harus siap dengan kondisi hold (nyangkut) dalam jangka waktu tertentu atau hingga kerugian (cut loss).

Jika dilihat hingga saat ini, belum ditemukan tanda-tanda bahwa IHSG akan rebound. Jadi dapat disimpulkan bahwa sekarang bukan saat yang tepat untuk membeli, tapi wait and see. Oleh sebab itu, untuk saham portofolio yang dimiliki maka sebaiknya dihold untuk sementara. Tidak menutup kemungkinan setelah pasar mulai bergerak uptrend atau minimal sideways maka saham portofolio akan kembali membaik. Dalam menghadapi bear market ini, risiko itu harus di kelola, ketakutan harus dihadapi, kebingungan harus diatasi, dan mental harus dilatih. Pengelolaan emosi menjadi kunci utama dalam berinvestasi saham.

DAFTAR PUSTAKA
Hayati, Nurul. (2010). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio sebagai salah satu Kriteria Keputusan Investasi Saham Perusahaan Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Akuntansi. Vol. 11, No. 1.
Septriana. (2002). Analisis Pengaruh Beberapa faktor Fundamental terhadap Harga Saham (Studi Kasus Industri Estate dan Property di Bursa Efek Jakarta). Tesis Program Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Chandra, Rudy. (2010). Analisis Pemilihan Saham oleh Investor Asing di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi. Vol. 17, No. 2.
Gunaasih, Sang Ayu. (2020, 19 Maret). Opini: IHSG, Tahan atau Nyangkut atau Beli?. Dipetik April 4, 2020, dari OPINI: https://m.harianjogja.com/opini/read/2020/03/19/543/1034623/opini-ihsg-tahan-atau-nyangkut-atau-beli
Siaran Pers (2020, 27 Maret). Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Tetap Terjaga di Tengah Merebaknya Wabah Virus Corona. Dipetik April 4, 2020, dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan): https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/Pages/Siaran-Pers-Stabilitas-Sektor-Jasa-Keuangan-Tetap-Terjaga-di-Tengah-Merebaknya-Wabah-Virus-Corona.aspx
Dipetik April 4, 2020, dari Bursa Efek Indonesia: https://www.idx.co.id/data-pasar/ringkasan-perdagangan/ringkasan-indeks/
Hamasaki. Bobby. (2020, 27 Maret). Pasar Saham Anjlok gara-gara Virus Corona. Dipetik April 4, 2020, dari Quora: https://id.quora.com

3 komentar:

  1. wahhh sangat bermanfaat sekaliii, terimakasih

    BalasHapus
  2. Baguuuuuus, makasih sangat membantu

    BalasHapus
  3. Boleh sih beli saham, karena kalau beli sekarang untung yang didapatkan juga pasti berkali kali lipat.. Tapi perlu diperhatikan saja objek yang akan diinvestasikan.. Sebisa mungkin memilih perusahaan yang sudah jelas prospek dan kinerjanya

    BalasHapus