Minggu, 05 April 2020

PELUANG INVESTASI SAHAM SAAT COVID-19 (KORONA) MERAJALELA ? MALAH MENGUNTUNGKAN? INI ALASANNYA

Oleh : Halimatuz Zahroh Tri Faul (18510079), Analisis Sekuritas
Dosen Pembimbing : M.Nanang Choiruddin., SE., MM

Pada beberapa bulan terakhir seluruh negara sedang disibukkan dengan penanggulangan dan pencegahan virus covid-19 (Corona), begitupun dengan indonesia dilansir dari situs resmi pemerintah terkait infografis kasus virus corona (covid 19.go.id) jumlah kasus positif  virus corona yang tersebar di 32 provinsi di Indonesia hingga saat ini mencapai 1.986 jiwa dengan total pasien sembuh 134 jiwa dan meninggal dunia 181 jiwa. Dalam skala dunia Indonesia berada di peringkat 35 dengan jumlah kasus meninggal dunia sebanyak 181 jiwa hingga saat ini.  

Hal tersebut tentu berdampak pada segala aspek termasuk dalam aspek ekonom. Pemerintah dan otoritas terkait kian gencar memberikan stimulus dan relaksasi demi mengurai hambatan ekonomi yang muncul dari pandemi ini. Mulai dari pengaturan mekanisme pasar keuangan hingga beragam insentif untuk sektor riil Kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan ekonomi global bahkan berdampak pada potensi penurunan pendapatan perusahaan serta minat investasi. Terpantau dari data IHSG yang bersumber dari IDX COMPOSITE IHSG bergersk fluktustif, sejak tanggal 04 Maret 2020 pergerakan IHSG sudah mengalami penurunan meskipun pada tanggal 10 maret 2020 sempat mengalami kenaikan dan penurunan kembali. Harga terendah terjadi pada tanggal 24 maret 2020 dimana harga saham gabungan berhenti diangka Rp.3.937.63.


 Sumber: idx.co.id

Berdasarkan data IHSG tersebut kasus Covid-19 berimbas pula pada kondisi pasar modal. Dimana pada grafik tersebut bisa dilihat bahwa IHSG mengalami penurunan pada tanggal-tanggal tertentu sejak diumumkannya kondisi siaga pada beberapa provinsi di Indonesian mengingat Pasar Modal Indonesia merupakan salah satu pasar modal tujuan investasi bagi investor di negara-negara maju (developed markets) yang dikenal sebagai emerging market (Morgan Stanley dalam rudy chandra ,2010).

Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebutkan investasi yang masuk ke Indonesia merosot akibat penyebaran virus corona dari Wuhan, China. Alasannya, China merupakan negara terbesar kedua yang berinvestasi di Indonesia. Berdasarkan keadaan tersebut banyak investor yang menimbang-nimbang ulang strategi investasi harus dilakukan. Perencana keuangan dari OneShildt Financial Planning Budi Raharjo mengatakan bahwa jurus yang tepat dalam melakukan investasi adalah dengan melihat kembali apa tujuan yang ingin dicapai.langkah pertama yang tepat dilakukan yakni dengan menentukan tujuan investasi apakah jangka panjang, atau jangka pendek, apabila tujuan investasinya adalah jangka pendek seperti untuk dana pendidikan anak yang sudah dekat, maka disarankan untuk lebih baik memindahkan instrumen investasi ke sarana yang lebih aman. Misalnya, instrumen seperti pasar uang atau deposito yang memiliki risiko lebih rendah.

Dalam kondisi seperti ini tentunya banyak harga saham yang bergerak anjlok, hal tersebut bisa dijadikan saat yang paling tepat untuk membeli saham namun tetap dengan pertimbangan analisis teknikal dan fundamental. Dikutip dari data salah satu platform jual beli reksa dana online, Bareksa, ditengah menurunnya pasar saham dan finansial global atau tata dana kelolaan marketplace financial bareksa masih terus bertumbuh bahkan pada 15 Maret 2020 total dana kelolaan sudah tembus mencapai Rp.2 Triliun lebih. Aksi beli jika dilakukan dengan tepat serta pengetahuan yang memadai maka akan sangat berpeluang untuk mengahasilkan keuntungan meskipun ditengah kondisi yang tidak stabil seperti saat ini. Secara historis terdapat sektor-sektor yang bisa dijadikan pertimbangan untuk keputusan investasi ditengah kondisi mengkhawatirkan seperti saat ini yaitu sektor kesehatan dan sektor konsumer.

Langkah yang juga bisa dilakukan yakni diversifikasi. Saat ini telah banyak instrumen investasi lain selain saham, obligasi, ataupun reksadana. Diversifikasi investasi bisa melalui investasi alternatif yang marak ditawarkan oleh platform-platform fintech misalnya seperti Equity Crowdfunding (ECF), Project Financing dan Peer-to-Peer (P2P). Namun, pastikan investor untuk berinvestasi hanya di produk investasi dan penyelenggara yang menyediakan produk investasi yang telah terdaftar dan mendapatkan izin dari OJK. Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengatakan, bahwa sudah waktunya investor domestik memegang kendali pasar modal dalam negeri. Seluruh investor domestik perlu bahu membahu agar bisa menjadi tuan di negeri sendiri. Karena belajar dari pengalaman terdahulu, jika IHSG tertekan karena kondisi kejadian luar biasa seperti wabah ini, nantinya pasti akan terjadi pemulihan atau recovery. Seperti kata pepatah, Badai Pasti Berlalu.

Daftar Pustaka
Chandra, Rudy., 2010. Analisis Pemilihan Saham oleh Investor Asing di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi
Stewart G Bennet.2009, EVA Momentum :The One Ratio That Tells The Whole Story. Journal of Applied Corporate Finance , Vol 21 No 2, pp 74-86, A Morgan Stanley Publication.Spring
Harianto, Farid dan Sudomo, Siswanto. (1998). Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Bursa Efek Jakarta
Markowitz, Harry. (1952). Portfolio Selection. The Journal of Finance, Vol. 7, No. 1
www.liputan6.com (diakses pada 03 April 2020)
www.idx.co.id (diakses pada 03 April 2020)
www.covid-19.go.id (diakses pada 03 April 2020)
www.tempo.com (diakses pada 03 April 2020)

7 komentar: