Minggu, 05 April 2020

“Dampak Virus Corona, Bagaimana Nilai Bursa Saham Indonesia?”

Oleh : Faizatul Ikrimah/17510179   
Dosen Pembimbing: M. Nanang Choiruddin, SE, MM.

Memasuki akhir 2019 dunia digemparkan dengan sebuah berita mengenai kematiaan sebagian warga di Wuhan, China diwaktu yang berdekatan. Angka kematian tersebut cukup cepat, sehingga menimbulkan pertanyaan besar. Setelah diteliti, ditemukan virus baru dengan nama severe acuate respiratory syndrome coeronavirus 2 (SARS-CoV-2).  virus ini tergolong baru maka belum ada pengobatan yang paten untuk menanganinya. Virus ini menyebar cepat dan membuat orang yang terpapar dapat berujung kematian. Banyak negara-negara dunia yang masyarakatnya terkena imbas dari virus ini. Pada 1 Maret 2020 virus ini menampakan diri di Indonesia. Awalnya terdapat dua WNI yang positif terpapar virus ini. Seiring berjalannya waktu, korban terus bertamah. Tercatat sampai 04 Maret 2020 sudah terdapat 1986 positif, 134 sembuh dan 181 meninggal dunia . 

Kejadian ini membuat dunia dan Indonesia sendiri mengalami guncangan dari berbagai aspek terutama aspek ekonomi. Banyak masyarakat mengalami penurunan pendapatan ketika pemerintah membatasi ruang gerak masyarakat untuk memutus rantai penyebaran. Ini juga berlaku pada rupiah Indonesia, Rupiah melemah pada angka Rp 16.644/US$ pada sabtu pagi 4 April 2020.  Wabah virus corona ini juga menjadi hantu bagi pasar keuangan dunia, termasuk bursa saham Indonesia. Harga saham-saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia atau sering kita sebut BEI mulai mengalami keguguran secara bertahap. Hal ini dapat kita lihat dari grafik IHSG BEI. IHSG adalah indek yang mengukur kinerja harga semua saham yang tercatat di Papan Utama dan Papan Pengembangan Bursa Efek Indonesia. Pada pertengahan Maret (18-03-2020) mengacu pada data BEI, penuruna grafik IHSG dipicu adanya 10 saham yang drop lebih dari 70% . saham merah ini diantaranya adalah 

Persero                                                                Penurunan
PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA)                     90%
PT Acset Indonusa Tbk (ACST)                        82,37%
PT Totalndo Eka Persada Tbk (TOPS)              81.48%
PT Minna Padi Investama Tbk (PADI)              81.2%
PT Pool Advista Finance Tbk (POOL)              80,92%
PT Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCAR)          76,36%
PT Majapahit Inti Corporat Tbk (AKSI)           74,85%
PT Ayana Land International Tbk (NASA)       74,34%
PT Pelayaran Tamarin Samudra Tbk (TAMU)  73,33%
PT Envy Technolog Indonesia Tbk (ENVY)     73,11%

Melihat lebih detil pada 2 April 2020, MINA masih kosisten merah dengan nilai saham di angka 50.ACST mengalami peningkatan lima hari terakhir dan jatuh di angka 328. Sama dengan MINA, TOPS, PADI dan POOL juga masih konsisten merah di angka 50. Pada PCAR mengalami fluktuatif ditutup merah diangka 244. AKSI juga menunjukan perkebanganya di awal April 2020 dengan hijau diangka 254 tetapi kembali merah pada 2 April dengan 248. Nilai saham NASA ini juga peningkatan tetapi kembali merah di angka 218. Tamu pada 31 Maret merah dianka 180. Sedangka ENVY nila sahamnya terus turun tanpa ada lonjakan dan saat ini berada di 114 merah. 

Dari keterangan data diatas, pemerintah terus berusaha memperbaiki kondisi bursa saham Indonesia.  Presiden RI, Bapak Joko Widodo menyampaikan akan memberikan stimulus RP 405,1 triliun yang akan dialokasikan pada berbagaia sector, yakni:  (1)Bidang kesehatan Rp 75 triliun, (2) Jaringan pengamanan social atau social safety net Rp 101 triliun, (3) Insentif perpajakan KUR Rp 70,1 triliun, (3)Pembiayaan program pemulihan ekonomi nasional Rp 150 triliun.Kabar ini berdampak positif pada grafik ISHG pada I April 2020. menguat 0.31%. tetapi hal tersebut tidak bertahan lama, pada hari kedua April IHSG kembali turun 1,6%. Hal ini dipicu pernyataan menteri keuangan RI Sri Mulyani mengenai scenario terburuk dampak dari covid-19 ini. Keuangan Indonesia harus bersiap terkontraksi 0.4% di tahun 2020 dan nilai tukar Rupiah terdepresiasi Rp 20.000/US$. Dengan itu, tercatata investor asing melakukan aksi jual bersih pasar regular dan non regular sebesar Rp 166,24 Miliyar pada 1 April 2020. 

Tentu tidak selamanya ISHG terus dalam kondisi merah. Kabar baik muncul pada 3 April 2020, ISHG berhasil menguat 2.02% atau 91.74 poin menjadi 4.623,43 setelah bergerak rentang 4.531,81. Setelah bergerak rentang. 4.623,43 ini menandakan indek ditutup saat puncak kenaikan. Tercatat 257 saham menguat, 142 saham melemah dan 135 saham harganya tidak berubah dari penutupan kemarin. Nilai tranksaksi mencapai Rp 6.62 triliun dengan frekuensi 561.311 kali. Adapun kapasitas pasar mencapai 537.78 triliun, meningkat 105, 98 triliun mencapai 537,78 triliun. Sejumlah saham yang menjadi pendorong indeks adalah BBRI dengan 0.7%, BBCA 1.57%, HICM 2.24%, BMRI 5,79%, BRPT 20,48% dan MDKA 2.86%.  Sebelum mengalami kenaikan, sector perbankan (BBCA, BBNI, BBRI, BMRI) sempat terpuruk minggu lalu. Sepanjang minggu terakhir bulan Maret 2020 BBNI mengalami pelemahan tertajam yaitu 18.75%, harga saham berada pada Rp5.200 per saham. Diikuti BMRI yang menurun drastic 12.42% di harga Rp6.350 per sahamnya. BNCA mencacat akumulasi pelemahan sebesar 8,71 persen minggu lalu dengan harga Rp28.300 per saham. Sedangkan BBRI turun 7.23% di level Rp3.720 per sahamnya . 

Pada sector consumer juga terdapat kinerja yang baik pada saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang melinjak naik sebesar 3,81% ke lever Rp7.500 per sahmnya. Saham lainnya dari consumer yaitu PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dengan pertumbuhan 0.23%. berbalik dengan sector consumer, sector industri farmasi masi dalam kondisi lemah meskipun daya beli meningkat di tengah kondisi pandemic covid-19 ini. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan PT Kimia Farma (KAEF) mencatat kelemahan yang cukup dalam yakni 18,64% sepekan terakhir. 

Pelemahan ini bisa terjadi karena perusahaan industri farmasi sedkit terganggu dengan bahan baku yang terbatas. Mengingat kembali bahwa sebagian besar perusahaan farmasi di Indonesia mengambil bahan baku dengan mengimpor dari berbagai negara seperti China, Korea Selatan, India, bahkan beberapa negara Eropa. Disisi lain negara negara yang bersangkutan juga dalam kondisi yang sama dengan Indonesia bahkan lebih parah. Ini menjadikan KLBF maupun KAEF tidak memperoleh keuntungan yang signifikan.  meskipun demikian saham ini terus dipantau investor mengingat permintaan produk yang banyak.

Daftar Rujukan :
1.    “Yuk Mengenal Istilag-Istilah Ini Untuk Lebih Memahami virus Corona”, Allianz.co.id,  04 April 2020
2.    Adhi Wicaksono, “Mencermati Saham Perkasa di tengah wabah Virus corona”, cnn.com, 16 Maret 2020
3.    Aprianto Cahyo Nugroho dan Renat Sofie Andriani, “Rekomendasi dan Pergerakan IHSG Hari ini 3 April 2020”, bisnis.com, 3 April 2020
4.    Bank Indonesia Official Web site, bi.go.id. 4 april 2020
5.    Berdasar data bergerak masing-masing saham yang diakses melalui Investing.com, 4 April 2020
6.    Houtmand P Saragih, “Bursa RI Terguncang, 10 Saham Ini Ambles 70% lebih”, cnbcindonesia.com, 19 Maret 2020
7.    “Indek saham”.  Idx.co.id, 4 April 2020
8.    Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. “Data Sebaran Kasus Covid-19 di Indonesia”, Covid19.go.id, 4 Aprl 2020
9.    Monica Wareza “ Jokowi Tebar Stimulus Rp 404,1 Triliun, Ini Rincian Dan Efek Ke APBN”, cnbcindonesia.com, 4 April 2020
10.    Tirta Citra, “Jokowi Tidak kuat jaga Imunitas bursa, IHSG Merah lagi”, cnbcindonesia.com, 2 April 2020
11.    “Saham SIDO,KAEF,KLBF, Mana Yang Paling Prospektif Saat Ini”, Kontan.co.id,  3 April 2020

5 komentar:

  1. Terimakasih atas informasinya 😉

    BalasHapus
  2. Informasinya sangat bermanfaat.. Terimakasih

    BalasHapus
  3. Wah jadi tau perubahan nilai saham perusahaan nihh. Makasih banyak kak hehe
    Mungkin saran dari saya selaku pembaca, lebih diperhatikan lagi dalam hal pengetikan yaa kak, misal IHSG jd ISHG, dll
    Terlepas dari saran, terima kasih kak krn saya jadi tau nama panjang virus corona dari artikel yg kakak tulis:D

    BalasHapus