Oleh : Moh. Yusuf/ 17510108, Mata Kuliah: Analisis Sekuritas
Dosen Pembimbing: M. Nanang Choiruddin, SE., MM
Dosen Pembimbing: M. Nanang Choiruddin, SE., MM
Dewasa ini banyak orang yang ingin memilki kehidupan makmur dan sejahtra, namun banyak pula orang yang tidak tahu cara melakukanya. Investasi merupakan salah satu alternatif yang bisa dilakukan, dengan melakukan investasi padadiwaktu dan instruemn yang tepat maka dapat meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh. Pada dasarnya nvestasi bukan hanya menanamkan modal, tetapi juga dilakukan agar modal yang miliki tidak tergerus oleh inflansi. Saham merupakan salah satu instrumen pasal modal yang paling banyak diminati oleh investor, hal tersebut terjadi karena saham menawarkan kentungan yang besar bagi pemegang sahamnya.
Dalam melakukan investasi saham, yang diperlukan bukan hanya modal yang akan digunakan investasi saja. Akan tetapi diperlukan keahlian dalam menilai saham baik dari segi pasar, ekonomi global, ekonomi domestik dan perusahaan itu sendiri. Seperti yang kita ketahui, sesuatu investasi yang menawarkan return tinggi maka disisi lain kita juga harus siap menerima risiko yang dihadapi.
Munculnnya pademi virus covid-19 juga memberikan dampak yang besar terhadap risiko investasi. Banyak investor yang panik karena munculnya wabah tersebut sehingga banyak investor yang menjual sahamnya dan beralih ke investasi yang lebih aman seperti emas, obligasi dan deposito. Dengan penjualan saham secara besar-besaran pada akhirnya menyebabkan harga saham tersebut menurun dan menyebabkan undervalued. Undervalued sendiri adalah sebuah istilah finansial dimana suatu investasi dijual dibawah nilai seharusnya. Penggunaan istilah ini sering ditemukan pada investasi saham yang harga saham tersebut lebih rendah dari harga seharusnya.[1]
Meskipun sampai saat ini wabah masih memberikan pengaruh pada instrumen investasi, bukan berarti wabah ini akan bertahan selamanya. Kabar baik muncul dari Word Healt Organisation (WHO) yang mencatat adanya penurunan kasus baru Covid-19. Dalam laporan situasi harian WHO menunjukkan penambahan kasus baru secara global sejak 29 hingga 31 Maret adalah 63.159, 58.441 dan 57.610 kasus.[2] Dari data tersebut maka dapat diketahui tren menurun jumlah kasus virus secara global selama tiga hari. Jika tren tersebut terus terlanjut maka akan menjadi kabar baik juga dalam dunia investasi pasar modal.
Sedangkan perkembangan kasus covid-19 di indonesia juga mengalami hal serupa. Terlihat dari kasus yang terjadi pada tanggal 29 Martet 2020, jumlah total positif covid-19 baru sebanyak 21 kasus sehingga total kasus sebanyak 130 kasus. Kemudian pada tanggal 30 maret jumalh positif covid-19 di Indonesia mengalami penurunan sebanyak satu kasus dari 130 kasus ke 129 kasus baru covid-19. Tanggal 31 maret 2020, jumlah total positif covid-19 di Indonesia kembali mengalami penurunan sebanyak 15 kasusu, yaitu dari 129 kasus menjadi 114 kasus baru covid-19.[3] Dari data tersebut maka dapat diketahui tren menurun jumlah kasus virus secara global maupun di Indonesia selama tiga hari. Jika tren tersebut terus terlanjut maka akan menjadi kabar baik juga dalam dunia investasi pasar modal.
Selain itu, kabar baik juga datang dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) mampu kembali pulih setelah terkena dapak munculnya virus Covid-19. Hal tersebut bterjadi karena adanya setimen positif pulihnya ekonomi Cina yang sebelumnya juga terkena dampak virus ini. Sejak dibuka , ISHG mengindikasikan penguatan dalam pekan tersebut. frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 561.926 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdangangkan sebanyak 7,02 milyar lembar saham senial Rp 7,92 trilliun. Sebanyak 252 saham naik, 154 saham menurun dan 123 saham tidak bergerak. Hingga pada penutupan, IHSG mengalami penguatan sebesar 2,82%.[4]
Salah satu yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan IHSG dari zona merah yaitu dengan membeli saham undervalue.[5] Selain dapat menyelamatkan ISHG, dengan membeli saham dengan harga dibawah harga seharusnya juga dapat memberikan keuntungan yang besar bagi investor. Dengan melakukan analisis yang tepat maka bukan tidak mungkin akan mendapatkan keuntungan yang tinggi ketika harga saham perusahan terkait mengalami peningkatan. Hal tersebut terjadi karena kondisi perseroan yang masih tergolong baik dalam menghasilkan keuntungan.
Menurut Fabozzi seorang pakar investasi, dalam bukunya tentang investasi menyebutkan bahwa saam yang diperdagangkan pada harga murah atau undervalue, maka akan cenderung bergerak mendekati nilai instriksiknya.[6] Yang dimaksud nilai instriksik yaitu nilai wajar saham tersebut. Dengan karakter tersebut maka insting seorang investor akan saham tersebut karna memiliki potensi kenaikan yang lebih besar daripada saham dengan nilai wajar.
Adapun cara yang dapat digunakan untuk mengetahui melihat valuasi satu saham yaitu dengan Price to earning ratio (PER). PER adalah perbandingan perbandingan antara antara harga saham dengan laba bersih per saham yang dapat digunakan valuasi saham tergolong mahal atau murah. Sebenarnya tidak ada nilai baku untuk PER, tapi biasanya semakin rendah level PER maka semakin murah valuasi harga saham emiten tersebut atau undevalue. Sedangkan untuk menganalisis perbankan, biasanya yang dipakai ialah rasio price to book velue(PBV) yaitu penilaian harga saham dengannilai buku perusahaan, kendati ada yang menggunkan rasio PER . Biasanya saham yang memiliki rasio PBV besar menandakan memiliki valuasi yang tinggi atau overvalue, sedangkan saham dengan PBV dibawah satu kali memiliki valuasi rendah atau undervalue.[7]
Berinvestasi dengan melakukan pembelian saham undervalue memang dapat memberikan keuntunga yang lebih tinggi. Akan tetapi juga perlu dipahami faktor apa yang menyebabkan terjadinya penurunan harga dari perusahaan yang bersakut apakah karena spekulasi, tingginya penjualan saham atau memang kondisi perusahaan yang kurang baik. Oleh karena itu, seorang investor tidak boleh membeli memilih atau membeli saham di Bursa efek Indonesia (BEI) tidak hanya krena pada murahnya harga saham, tetapi juga harus melakukan analisis yang mendalam sebelum memutuskan untuk melakukan investasi.
Daftar Pustaka
1.https://www.sahampemula.com/belajar-saham-apa-itu-saham-undervalue-dan-bagaimana-cara-mengetahui-saham-undervalue/
2.https://www.liputan6.com/health/read/4216441/kabar-baik-who-jumlah-kasus-baru-covid-19-dunia-menurun-dalam-3-hari-terakhir
3.https://www.harianhaluan.com/news/detail/91159/kasus-baru-positif-corona-di-indonesia-turun-di-3-hari-terakhir
4. https://tirto.id/ihsg-selasa-31-maret-ditutup-menguat-282-eJYG
5. https://nagari-news.com/2020/03/16/bei-kini-saatnya-beli-saham-undervalue/
6. https://economy.okezone.com/read/2011/07/25/226/483774/undervalued
7.https://www.cnbcindonesia.com/market/20200330110638-17-148397/great-sale-ihsg-ambles-harga-5-saham-ini-lagi-murah-nih
Penulis artikel ini tidak menjelaskan secara spesifik bagaimana cara memilih saham berdasarkan variabel PER dan PBV. Penulis hanya menjelaskan dua variabel tersebut secara umum saja. Dua variabel tersebut sangat penting untuk di pahami investor pemula untuk mempertimbangkan keputusan membeli saham atau menjual saham yang dimiliki. Selain itu, masih banyak variabel-variabel dalam analisis fundamental yang dapat membantu investor pemula untuk mengetahui saham perusahaan mana yang cocok untuk di beli dan berorientasi jangka panjang.
BalasHapusTerimakasih infonya. semoga kasus covid-19 semakin menurun dan IHSG makin pulih kembali.....
BalasHapusBetul,gaboleh gampang tetgiur sama harga murah.. Harus juga liat apakah perusahaannya bisa bangkit atau tidak
BalasHapusSepakat teman teman saya juga sependapat
BalasHapus