Jumat, 03 April 2020

Bahaya dan Dampak Pandemi Virus Corona pada Nilai Saham

Oleh : Irene Yenitasari / 17510138, Mata Kuliah: Analisis Sekuritas Kelas G

Dosen Pembimbing : M. Nanang Choiruddin, SE., MM

Pada awal tahun 2020, Indonesia dihebohkan dengan adanya virus corona.Hingga awal bulan April, jumlah pasien positif covid-19 di Indonesia mencapai 790 orang, sebanyak 58 orang meninggal, dan 31 orang sembuh. Hasil riset berjudul “The Global Macroeconomic Impact of Covid-19” dari ekonom Australian University, Warwick McKibbin, dibantu oleh Roshen Fernando menunjukkan adanya kegawatan yang luar biasa. Dampak ekonomi akibat corona ini jauh lebih buruk dibanding Flu Spanyol pada 1918-1919, wabah yang paling mematikan sepanjang sejarah yang menewaskan 40 juta orang di seluruh dunia. Dampak corona juga diperkirakan bisa mencapai US$ 2,4 triliun, bandingkan dengan SARS pada 2003 yang memangkas ekonomi dunia US$ 40 miliar. 
Hal ini benar-benar membuat perekonomian Indonesia juga terkena dampaknya yang mengakibatkan suplai tenaga kerja menurun, equity risk premium naik, biaya produksi naik, permintaan turun, dan anggaran belanja naik. Berdasarkan simulasi itu, keduanya menunjukkan pertumbuhan ekonomi (PDB) Indonesia pada 2020 akan terkoreksi 1,3 persen pada skenario empat, 2,8 persen pada skenario lima, 4,7 persen pada skenario enam, dan 1,3 persen pada skenario tujuh.Pandemi virus corona juga berdampak pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sebelumnya berada di posisi 5.000 tetapi sekarang berada di posisi 4.000. Pada penutupan perdagangan saham, di pertengahan Maret IHSG ditutup anjlok 138,78 poin atau 3,11 persen ke posisi 4.317,96. Jika dihitung dalam satu bulan terakhir, IHSG sudah melemah 26,96 persen. 
Saham biasanya diperdagangkan pada bursa dengan harga pasar yang akan berbeda-beda pada tiap-tiap waktunya, hal ini akan berkaitan dengan nilai dari suatu saham tersebut.Terdapat beberapa jenis nilai saham yang dapat mempengaruhi dalam penetapan harga saham, salah satu diantaranya adalah menurut Tandelilin (2001) adalah nilai nominal, nilai Buku, nilai intrinsik, dan nilai pasar. Pada surat berharga tercantum harga saham. Harga ini disebut harga atau nilai nominal. Harga nominal ini merupakan nilai yang ditetapkan oleh perusahaan untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya nominal ini biasanya tergantung dari keinginan emiten atau perusahaan. 
Indeks saham Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir Maret melemah 33% dibandingkan dengan awal tahun 2020. Selain itu, kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat anjlok di level 16.525 pada awal April. Akibatnya, investor asing di pasar uang dan pasar modal terus menarik dananya dari pasar Indonesia.Melihat keadaan ini yang semakin parah, Bursa Efek Indonesia (BEI) mendadak menghentikan perdagangan saham sementara (trading halt). Hal ini dilakukan untuk menjaga pasar. Penghentian sementara ini mengacu pada angka IHSG yang telah menyusut 5%. trading haltini dilakukan terakhir oleh BEI pada tahun 2008 dan 2015. 
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kemudian pada akhir Maret membuat kebijakan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) agar mempersingkat jam perdagangan, baik di bursa maupun di sistem Penyelenggara Alternatif (SPPA). BEI juga diminta untuk mempersingkat waktu pelaporan di Penerima Laporan Transaksi Efek (PLTE). 
Banyak investor yang mempertimbangkan untuk tidak mempertahankan sahamnya. Hal ini karena efek ekonomi makro dari virus corona ini membuat ketidakpastian sehingga menyebabkan kerugian pada beberapa instrumen investasi. Akibatnya banyak investor yang mencari opsi investasi yang optimal dalam keadaan yang tidak pasti sekarang ini. Apabila keadaan ini semakin besar, maka dapat menghindari  risiko yang mana lebih besar pula. 
        
IHSG diprediksi untuk jangka panjang masih tumbuh positif. Tetapi di tahun ini masih dipantau akibat dari virus corona yang berpotensi menghambat aktivitas ekonomi dan perdagangan secara global. Pasar modal telah mengalami penurunan 13,44% karena adanya pandemi virus corona dan suspend travel ke Eropa yang menjadi faktor penyebab. Jadi, membuat aktivitas dunia terhambat. Menurut Kepala IDX Incubator Jawa Barat Achmad Dirgantara bahwa masih terdapat prospek positif berinvestasi di pasar modal Indonesia. Karena dibandingkan dengan beberapa negara, Indonesia masih menjadi tujuan utama investasi di dunia. Indonesia juga masuk menjadi jajaran atas negara Asia yang diprediksi akan mengalami peningkatan investasi. Penurunan ini diperkirakan sementara dan bukan dipengaruhi faktor secara fundamental.

Daftar Pustaka
Aduardus, Tandelilin. 2011. Portofolio dan Investasi. Yogyakarta: Konisius
Adv Team (2020, Februari 17). Dampak Virus Corona Terhadap Investasi di Indonesia. Dipetik 2 April 2020, dari Kontan:
Fauzia, M (2020, Maret 25). Tekan Dampak Virus Corona, OJK Perpendek Waktu Perdagangan di Bursa. Dipetik 2 April 2020, dari Kompas
Hartawan, T (2020, Maret 26). Bahaya Ekonomi di Masa Pandemi. Dipetik 2 April 2020, dari Kolom Tempo:
Jamil, ERN (2020, Maret 12). BEI Jabar Beberkan Dampak Virus Corona Terhadap Pasar Modal. Dipetik 2 April 2020, dari Ayobandung:
Praditya, II (2020, Maret 19). Bursa Saham dan Rupiah Terempas Virus Corona, Apa Skenario Indonesia untuk Indonesia. Dipetik 2 April 2020, dari Liputan 6
Putra, AP (2020, April 2). Update Corona 2 April.Dipetik 2 April 2020, dari CNN Indonesia:


5 komentar: