Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman,dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap atau respon orang tua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya. Oleh sebab itu, seringkali anak-anak yang tumbuh dan di besarkan dalam pola asuh yang keliru dan negatif ataupun lingkungan yang kurang mendukung, cenderung mempunyai konsep diri yang negatif. Hal ini di sebabkan sikap orang tua yang misalnya suka memukul, mengabaikan, kurang memperhatikan, melecehkan, menghina, bersikap tidak adil, tidak pernah memuji, suka marah-marah,dianggap sebagai hukuman akibat kekurangan, kesalahan atau pun kebodohan dirinya. Jadi anak menilai dirinya berdasarkan apa yang dia alami dan dapatkan dari lingkungan. Jika lingkungan memberikan sikap yang baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya cukup berharga sehingga tumbuhlah konsep diri yang positif. Konsep diri ini mempunyai sifat yang dinamis, artinya tidak luput dari perubahan.
Ada aspek-aspek yang bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, namun ada pula yang mudah sekali berubah sesuai dengan situasi sesaat. Misalnya, seorang merasa dirinya pandai dan selalu berhasil mendapatkan nilai baik, namun suatu ketika dia mendapat angka merah. Bisa saja saat itu ia jadi merasa “bodoh” namun karena dasar keyakinannya yang positif, ia berusaha memperbaiki nilai. Dengan demilkian, pembentukan konsep diri sangat terkait dengan proses yang kompleks, terkait pwerkembangan psikolososial (Erikson) tekait perkembangan kognitif (piaget), sosial reinforment, cultural reinforcement spiritual, hasil hubungan dalam diri kita, hubungan dengan orang lain, dan pengalaman Stuart & Sundeen, 1995).
Semoga Bermanfaat
Wallahu A'lam Bishowab.
0 komentar:
Posting Komentar