Alma, 2005 menjelaskan bahwa dalam kepemimpinan
terdapat dua pendekatan utama, yaitu : Pendekatan sifat-sifat (traits
approach). Dalam membedakan pemimpin dan bukan pemimpin dapat dilihat
dengan mengidentifikasi sifat-sifat kepribadiannya. Pendekatan
psikologis ini untuk sebagian besar didasarkan atas pengakuan umum bahwa
perilaku individu untuk sebagian ditentukan oleh struktur kepribadian
(Oteng Sutisna, 1982:241 dalam Alma, 2005).
Pendekatan
sifat-sifat menyatakan bahwa terdapat sifat-sifat tertentu pada
pemimpin antara lain : memiliki kekuatan fisik dan keramahan. Seorang
pemimpin memiliki tingkat intelejensi yang tinggi. Hanya dalam
mengungkapkan sifat-sifat ini seringkali muncul pertentangan sifat
seperti dinyatakan seorang pemimpin harus ramah tapi tegas, suka
merenung tapi aktif, orangnya harus stabil emosional tapi fleksibel,
berkeras hati tapi kooperatif. Ada sifat kepribadian yang dapat
dipandang berhubungan positif dengan perilaku pemimpin dan mempunyai
korelasi tinggi ialah : popularitas, keaslian, adaptabilitas, ambisi,
ketekunan, status social, status ekonomi, mampu berkomunikasi.
Selanjutnya
ada pula sifat-sifat yang berkaitan positif dengan perilaku pemimpin
tapi berkorelasi tidak terlalu tinggi seperti tanggungjawab, integritas,
percaya diri, mobilitas, ketrampilan sosial, sifat-sifat fisik,
kelancaran bicara.
Andy
Undap, 1983:29 menjelaskan bahwa meskipun dikalangan para ahli
persyaratan pemimpin belum disepakati sepenuhnya namun ada sejumlah
sifat-sifat kepribadian yang perlu dimiliki para pemimpin, yaitu :
Pendidikan umum yang luas, seorang yang berpendidikan akan mempunyai
kemampuan untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan. Kematangan
mental, seorang pemimpin harus memiliki kematangan mental yang terlihat
pada kestabilan emosional, tidak mudah tersinggung, tidak gampang marah
dan sebagainya. Sifat ingin tahu, sifat ini mendorong seorang pemimpin
untuk menyelidik, inovatif dan kreatif. Kemampuan analitis. Seorang
pemimpin harus mampu menganalisa gejala-gejala informasi yang ia terima,
sehingga dapat mengambil keputusan yang positif dan berguna untuk
kemajuan bisnisnya. Memiliki daya ingat yang kuat. Seorang wirausaha
akan berhadapan dengan banyak orang berbagai sifat perilaku sehingga
diperlukan kemampuannya untuk mengingat. Kemampuan mengingat ini akan
sangat membantu proses kepemimpinannya. Integratif. Seorang wirausaha
harus memiliki kepribadian terpadu tidak terpecah-pecah yang membuat dia
terombang-ambing. Juga harus memiliki sifat integrative dalam rumah
tangganya. Seorang wirausaha harus memiliki rumah tangga yang stabil,
hubungan yang harmonis dengan seluruh anggota keluarga terutama isteri
dan anak-anaknya. Jangan mencampur adukan urusan rumah tangga dengan
urusan bisnis. Keterampilan berkomunikasi. Hal ini sangat diperlukan
oleh seorang wirausaha berkomunikasi dengan lingkungan bisnisnya.
Keterampilan mendidik. Seorang wirausaha harus mampu memberi petunjuk
dan mendidik para karyawan dalam beberapa hal yang berhubungan dengan
pekerjaan. Kadang-kadang juga ada hal-hal yang tidak berhubungan dengan
pekerjaan, seperti urusan kesehatan, rumah tangga dan sebagainya.
Rasional dan objektif. Pemikiran-pemikiran, kesimpulan dan keputusan
yang diambil oleh seorang wirausaha harus berlandaskan pada
pemikiran-pemikiran sehat, rasional dan objektif, tidak pilih kasih dan
tidak emosional. Pragmatisme. Keputusan-keputusan seorang wirausaha
harus dibuat sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang tersedia.
Keputusan jangan bersifat teoritis sehingga sulit pelaksanaannya. Ada
naluri prioritas. Berhubung terbatasnya sumber daya yang tersedia maka
seorang wirausaha harus mampu menetapkan skala prioritas apa yang harus
dikerjakan lebih dulu. Sehingga demikian semua pekerjaan dan proyek akan
dapat berjalan secara bertahap. Pandai mengatur waktu. Seorang
wirausaha harus mampu bertindak cepat dan tepat dan mempertimbangkan
waktu secara efisien. Dalam segala langkah yang dilakukan seorang
wirausaha harus menjaga waktu secara ketat misalnya dalam melakukan
rapat kerja, saat membeli bahan baku, memulai produksi, mengangkut
produksi ke agen-agen, saat pemasaran yang tepat dan sebagainya.
Kesederhanaan. Seorang wirausaha harus mampu menampilkan kesederhanaan
dan bekerja dengan penuh efisiensi. Sifat keberanian. Walaupun seorang
pemimpin mempunyai banyak karyawan, akan tetapi hanya beberapa karyawan
saja yang dapat diajak bicara. Oleh sebab itu, pemimpin harus memiliki
keberanian untuk mengambil keputusan dengan mengajak beberapa orang
karyawan inti. Kemauan mendengar. Seorang wirausaha harus mampu menggali
informasi dan mendengar apa ide dan keinginan dari para karyawannya.
Segala informasi ini merupakan barang berharga untuk seorang wirausaha
untuk mengambil keputusan.
Pendekatan
Behavioral (behavioral approach). Menurut Alma, 2005 pendekatan
behavioral melihat pola tingkah laku dari seorang pemimpin untuk
mempengaruhi karyawannya. Perilaku pemimpin ini dapat berorientasi pada
tugas atau pada hubungan antar karyawan. Rensis Likert mengembangkan
teori kepemimpinan pada dua dimensi yaitu orientasi tugas dan orientasi
bawahan, yang dijabarkan menjadi empat tingkat model efektivitas
kepemimpinan.
Menurut
Likert teori kepemimpinan terdiri atas empat sistem, yaitu Exploitavive
authoritative, Sistem ini mempunyai cirri tidak ada kepercayaan kepada
bawahan. Dengan demikian, pemimpin selalu menggunakan ancaman dan
hukuman kepada karyawan. Benevolent authoritative, Sistem kedua
mempunyai ciri adanya sedikit kepercayaan pada bawahan tetapi hubungan
seperti seorang tuan dengan budaknya hanya juga masih menggunakan
ancaman dan hukuman dalam pelaksanaan tugas. Komunikasi sifatnya sedikit
terbuka tetapi tetap berdasarkan ketidakpercayaan. Consultative, Sistem
ketiga prinsipnya berdasarkan kepercayaan kepada bawahan tetapi tidak
penuh. Proses pengambilan keputusan untuk hal yang penting tetap berada
ditangan pemimpin, tetapi kepercayaan sudah merupakan dasar komunikasi.
Partisipative, Sistem keempat merupakan system yang ideal dimana
terdapat kepercayaan penuh dari atasan. Percaya diri dan kreativitas
karyawan merupakan unsur penting. Komunikasi sangat terbuka hubungan
antar karyawan lancer dan suasanan perusahaan segar dan sehat.
Kepemimpinan
yang berhasil agak berbeda dan membutuhkan kombinasi yang unik dari
pemimpin, pengikut, dan situasi kepemimpinan yang dirumuskan dengan SL =
f(L,F,S). Dimana SL adalah kepemimpinan yang berhasil, f adalah fungsi
dari, dan L, S, dan F adalah pemimpin, pengikut dan situasi. Artinya
pemimpin, pengikut, dan situasi harus sesuai satu dengan lainnya jika
usaha kepemimpinan diharapkan untuk berhasil (akses
www.e-learning.gunadarma. ac. id).
Wirausahawan
yang menunjukkan perilaku kepemimpinan lebih demokratis dinamakan
kepemimpinan yang dipusatkan pada bawahan, sementara wirausahawan yang
menunjukkan perilaku kepemimpinan lebih otokratis dinamakan kepemimpinan
yang dipusatkan pada atasan.
0 komentar:
Posting Komentar