Rabu, 27 Maret 2019

Pendekatan Utama Kepemimpinan

Alma, 2005 menjelaskan bahwa dalam kepemimpinan terdapat dua pendekatan utama, yaitu : Pendekatan sifat-sifat (traits approach). Dalam membedakan pemimpin dan bukan pemimpin dapat dilihat dengan mengidentifikasi sifat-sifat kepribadiannya. Pendekatan psikologis ini untuk sebagian besar didasarkan atas pengakuan umum bahwa perilaku individu untuk sebagian ditentukan oleh struktur kepribadian (Oteng Sutisna, 1982:241 dalam Alma, 2005).

Pendekatan sifat-sifat menyatakan bahwa terdapat sifat-sifat tertentu pada pemimpin antara lain : memiliki kekuatan fisik dan keramahan. Seorang pemimpin memiliki tingkat intelejensi yang tinggi. Hanya dalam mengungkapkan sifat-sifat ini seringkali muncul pertentangan sifat seperti dinyatakan seorang pemimpin harus ramah tapi tegas, suka merenung tapi aktif, orangnya harus stabil emosional tapi fleksibel, berkeras hati tapi kooperatif. Ada sifat kepribadian yang dapat dipandang berhubungan positif dengan perilaku pemimpin dan mempunyai korelasi tinggi ialah : popularitas, keaslian, adaptabilitas, ambisi, ketekunan, status social, status ekonomi, mampu berkomunikasi.

Selanjutnya ada pula sifat-sifat yang berkaitan positif dengan perilaku pemimpin tapi berkorelasi tidak terlalu tinggi seperti tanggungjawab, integritas, percaya diri, mobilitas, ketrampilan sosial, sifat-sifat fisik, kelancaran bicara.

Andy Undap, 1983:29 menjelaskan bahwa meskipun dikalangan para ahli persyaratan pemimpin belum disepakati sepenuhnya namun ada sejumlah sifat-sifat kepribadian yang perlu dimiliki para pemimpin, yaitu : Pendidikan umum yang luas, seorang yang berpendidikan akan mempunyai kemampuan untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan. Kematangan mental, seorang pemimpin harus memiliki kematangan mental yang terlihat pada kestabilan emosional, tidak mudah tersinggung, tidak gampang marah dan sebagainya. Sifat ingin tahu, sifat ini mendorong seorang pemimpin untuk menyelidik, inovatif dan kreatif. Kemampuan analitis. Seorang pemimpin harus mampu menganalisa gejala-gejala informasi yang ia terima, sehingga dapat mengambil keputusan yang positif dan berguna untuk kemajuan bisnisnya. Memiliki daya ingat yang kuat. Seorang wirausaha akan berhadapan dengan banyak orang berbagai sifat perilaku sehingga diperlukan kemampuannya untuk mengingat. Kemampuan mengingat ini akan sangat membantu proses kepemimpinannya. Integratif. Seorang wirausaha harus memiliki kepribadian terpadu tidak terpecah-pecah yang membuat dia terombang-ambing. Juga harus memiliki sifat integrative dalam rumah tangganya. Seorang wirausaha harus memiliki rumah tangga yang stabil, hubungan yang harmonis dengan seluruh anggota keluarga terutama isteri dan anak-anaknya. Jangan mencampur adukan urusan rumah tangga dengan urusan bisnis. Keterampilan berkomunikasi. Hal ini sangat diperlukan oleh seorang wirausaha  berkomunikasi dengan lingkungan bisnisnya. Keterampilan mendidik. Seorang wirausaha harus mampu memberi petunjuk dan mendidik para karyawan dalam beberapa hal yang berhubungan dengan pekerjaan. Kadang-kadang juga ada hal-hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan, seperti urusan kesehatan, rumah tangga dan sebagainya. Rasional dan objektif. Pemikiran-pemikiran, kesimpulan dan keputusan yang diambil oleh seorang wirausaha harus berlandaskan pada pemikiran-pemikiran sehat, rasional dan objektif, tidak pilih kasih dan tidak emosional. Pragmatisme. Keputusan-keputusan seorang wirausaha harus dibuat sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang tersedia. Keputusan jangan bersifat teoritis sehingga sulit pelaksanaannya. Ada naluri prioritas. Berhubung terbatasnya sumber daya yang tersedia maka seorang wirausaha harus mampu menetapkan skala prioritas apa yang harus dikerjakan lebih dulu. Sehingga demikian semua pekerjaan dan proyek akan dapat berjalan secara bertahap. Pandai mengatur waktu. Seorang wirausaha harus mampu bertindak cepat dan tepat dan mempertimbangkan waktu secara efisien. Dalam segala langkah yang dilakukan seorang wirausaha harus menjaga waktu secara ketat misalnya dalam melakukan rapat kerja, saat membeli bahan baku, memulai produksi, mengangkut produksi ke agen-agen, saat pemasaran yang tepat dan sebagainya. Kesederhanaan. Seorang wirausaha harus mampu menampilkan kesederhanaan dan bekerja dengan penuh efisiensi. Sifat keberanian. Walaupun seorang pemimpin mempunyai banyak karyawan, akan tetapi hanya beberapa karyawan saja yang dapat diajak bicara. Oleh sebab itu, pemimpin harus memiliki keberanian untuk mengambil keputusan dengan mengajak beberapa orang karyawan inti. Kemauan mendengar. Seorang wirausaha harus mampu menggali informasi dan mendengar apa ide dan keinginan dari para karyawannya. Segala informasi ini merupakan barang berharga untuk seorang wirausaha untuk mengambil keputusan.

Pendekatan Behavioral (behavioral approach). Menurut Alma, 2005 pendekatan behavioral melihat pola tingkah laku dari seorang pemimpin untuk mempengaruhi karyawannya. Perilaku pemimpin ini dapat berorientasi pada tugas atau pada hubungan antar karyawan. Rensis Likert mengembangkan teori kepemimpinan pada dua dimensi yaitu orientasi tugas dan orientasi bawahan, yang dijabarkan menjadi empat tingkat model efektivitas kepemimpinan.

Menurut Likert teori kepemimpinan terdiri atas empat sistem, yaitu Exploitavive authoritative, Sistem ini mempunyai cirri tidak ada kepercayaan kepada bawahan. Dengan demikian, pemimpin selalu menggunakan ancaman dan hukuman kepada karyawan. Benevolent authoritative, Sistem kedua mempunyai ciri adanya sedikit kepercayaan pada bawahan tetapi hubungan seperti seorang tuan dengan budaknya hanya juga masih menggunakan ancaman dan hukuman dalam pelaksanaan tugas. Komunikasi sifatnya sedikit terbuka tetapi tetap berdasarkan ketidakpercayaan. Consultative, Sistem ketiga prinsipnya berdasarkan kepercayaan kepada bawahan tetapi tidak penuh. Proses pengambilan keputusan untuk hal yang penting tetap berada ditangan pemimpin, tetapi kepercayaan sudah merupakan dasar komunikasi. Partisipative, Sistem keempat merupakan system yang ideal dimana terdapat kepercayaan penuh dari atasan. Percaya diri dan kreativitas karyawan merupakan unsur penting. Komunikasi sangat terbuka hubungan antar karyawan lancer dan suasanan perusahaan segar dan sehat.

Kepemimpinan yang berhasil agak berbeda dan membutuhkan kombinasi yang unik dari pemimpin, pengikut, dan situasi kepemimpinan yang dirumuskan dengan SL = f(L,F,S). Dimana SL adalah kepemimpinan yang berhasil, f adalah fungsi dari, dan L, S, dan F adalah pemimpin, pengikut dan situasi. Artinya pemimpin, pengikut, dan situasi harus sesuai satu dengan lainnya jika usaha kepemimpinan diharapkan untuk berhasil (akses www.e-learning.gunadarma. ac. id).

Wirausahawan yang menunjukkan perilaku kepemimpinan lebih demokratis dinamakan kepemimpinan yang dipusatkan pada bawahan, sementara wirausahawan yang menunjukkan perilaku kepemimpinan lebih otokratis dinamakan kepemimpinan yang dipusatkan pada atasan.

0 komentar:

Posting Komentar