Sabtu, 16 Februari 2019

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF BERBASIS KEARIFAN LOKAL (Industri Kerajinan Batik Banyuwangi)

Melihat Evolusi Ekonomi yang terus mengalami perkembangan dimana mulai dari pertanian kemudian berkembang menjadi industry kemudian berkembang ke arah teknologi informasi dan mengarah  ekonomi kreatif yang berkembang di setiap daerah yang ada di seluruh Indonesia.

Dilihat dari perkembangan mengenai Konstribusi Subsektor Ekonomi Kreatif Terhadap PDB dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan PDB tahun 2010 menunjukkan angka 525.96 triliun danterus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hingga pada tahun 2016 menunjukkan angka sebesar 922.59 triliyun, kalau dilihat dari peningkatan tenaga kerja menunjukkan angka sebesar 11.49 % dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hingga pada tahun 2016 menunjukkan peningkatan hingga mencapai 11.49%. Ini artinya bahwa kontribusi di subsector ekonomi kreatif terhadap PDB terus mengalami peningkatan dan semakin menjadi penting untuk perkembangan ekonomi yang ada di Indonesia.

Dari 16 subsektor ekonomi kreatif, Banyuwangi fokus pada tujuh subsektor, yaitu fashion, kriya, seni rupa, seni pertunjukan, kuliner, musik, dan desain komunikasi visual. Salah satu yang menjadi konsen pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Banyuwangi adalah kerajinan batik Kabupaten Banyuwangi. Batik banyuwangi merupakan wujud estetika ragam hias khas banyuwangi. Motif khas tersebut tidak hanya bernilai estetika saja namun juga merupakan ragam nilai yang di anut oleh masyarakat Banyuwangi.

Gambaran Umum Kerajinan Batik Banyuwangi, Batik Banyuwangi mempunyai motif yang berbeda dengan batik-batik di wilayah lain, seperti Yogyakarta dan Solo misalnya. Namun, bila ditarik dari asal-usulnya, terciptanya batik Banyuwangi tidak lepas dari keberadaan Kesultanan Mataram-cikal bakal Yogyakarta dan Solo. Keberadaan batik Banyuwangi terus berkembang dan motifnya kian beragam. Hingga saat ini, sedikitnya ada 22 motif batik Banyuwangi yang tersimpan di Museum Budaya Banyuwangi, di antaranya: Gajah Oling, Kangkung Setingkes, Paras Gempal, Kopi Pecah, Sekar Jagad, Alas Kobong, Gedekan, Ukel, Moto Pitik, Sembruk Cacing, Blarak Semplah, Gringsing, Semanggian, Garuda, Cendrawasih, Latar Putih, Sisik Papak, Maspun, Galaran, Dilem Semplah, serta Joloan dan Kawung.

Aspek kreasi: Dari Aspek kreasi, industri kerajinan batik Banyuwangi terbilang unik, hal ini dikarenakan batik banyuwangi mempunyai identitas yang khas sehingga tidak dijumpai di daerah lain di Indonesia, disamping adanya keberagaman motif antar pengusaha batik sendiri. 5 motif yang paling popular yakni Gajah Oling, Sembruk Cacing, Kopi Pecah, Kangkung Setingkes dan Moto Pitik.

Aspek komersial: Satu hal yang menjadi kelemahan utama dari aspek/faktor komersialisasi ini adalah kurangnya media promosi yang dimiliki oleh setiap pengusaha/pengrajin. Sebagian ada yang memanfaatkan media sosial dan sebagian tidak. Adapun media yang digunakan adalah bersifat online (Facebook, Whatsapp, instagram dan website/blog) dan offline (berupa outlet dan media pameran).

Dalam strategi kita harus melihat bebarapa factor baik factor ekternal yang berasal dari luar yang meliputi peluang dan ancaman, begitu juga factor internal perusahaan yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan usaha atau produk yang ada dalam usaha tersebut.

Dimana bisa digambarkan beberapa peluang yang ada antara lain adalah Pasar bisnis yang sangat tinggi, Harga jual yang relatif murah, Produk merupakan khas Banyuwangi, Mempunyai Kekhasan yang berbeda dengan yang lainnya, komitmen Pemerintah yang baik, Masih sedikit kerajinan batik di jawa timur, Pangsa pasar yang masih terbuka.

Sedangkan Ancaman yang perlu diperhatikan dalam usaha ini antara lain adalah kompetisi yang tinggi dalam pengembangan kerajinan batik Ketidakpastian perolehan dana dari investor atau pemerintah, Karyawan yang pindah kerja, Turunnya daya beli masyarakat seiring dengan kenaikan harga beberapa kebutuhan bahan dasar, Tidak punya teknik pemasaran melalui internet, Persepsi terhadap harga, Teknologi Tradisional.

Terkait factor internal mengenai kekuatan yang perlu dan terus ditingkatkan antara lain: Menyediakan produk yang berkualitas, Mudah mencapai lokasi pengrajin, Memiliki Sumber Daya Manusia yang handal, Memiliki produk unggulan yang unik, Produk sudah dikenal masyarakat, Penggunaan teknologi yang terintegrasi, Banyak informan langsung karena kota wisata.

Selain melihat kekuatan dalam usaha ini juga harus memperhatikan Kelemahan antara lain: Belum adanya kerjasama dengan biro/agen perjalanan, kerajinan ini  belum dikenal pasar sehingga belum memiliki image yang baik, Belum adanya sistem manajerial yang visioner untuk mengembangkan obyek produk, Akses sempit dan macet, Ketergantungan pada konsumen, Input yang jauh/sulit didapat.

Sehingga perlu adanya strategi dalam terkait usaha antara lain meliputi : Melakukan strategi pemasaran yang agresif, Meningkatkan sistem teknologi dan  informasi yang terintegrasi untuk  memenangkan kompetisi bersaing,  Memaksimalkan kreatifitas melalui ke-khasan, Menjaga kualitas dan harga tetap seimbang agar tetap menjadi  pemimpin pasar.

Tiga peran penting juga diharapkan dalam perkembangan industry kreatif antara lain yaitu Peran pemerintah yang mana harus terus berupaya dalam membantu Promosi seperti melibatkan produk batik ke ajang festival seni baik lokal, maupun nasional. Mengadakan kegiatan Pelatihan. Kebijakan hari batik bagi instansi pemerintah dan pendidikan. Memperkenalkan batik Banyuwangi pada situs Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Memfasilitasi produk-produk UMKM termasuk produk batik yang diproduksi oleh pengrajin batik Banyuwangi melalui Klinik UMKM.

Selain peran pemerintah juga perlu adanya Peran Cendikiawan/akademisi, Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan beberapa pengrajin batik, peran akademisi belum berkonstribusi banyak terhadap pengrajin batik. Hal ini terungkap ketika wawancara dengan beberapa pengrajin yang mengatakan bahwa sumbangan penelitian dan pengabdian masyarakat dari perguruan tinggi belum Nampak, ini semua disebabkan karena  produk batik adalah kreasi khusus yang tidak banyak yang tahu terkait dengan seni.

Peran pebisnis antara lain terkait kerjasama antar pengusaha batik dalam sebuah paguyuban dapat meminimalkan biaya, khususnya biaya input karena selama ini pada bahan produksi tertentu, inputnya berasal dari luar daerah banyuwangi. Saling memberikan informasi dan berkonstribusi bagi perekonomian banyuwangi baik dari segi backward maupun forward linkage.

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam pengembangan industri kreatif di Industri kerajinan batik Banyuwangi maka perlu kolaborasi antar aktor utama dengan starting point dari ketiga aktor utama ini adalah; Komitmen cendekiawan, bisnis dan pemerintah, koordinasi antara ketiga aktor secara berkesinambungan, serta mengupayakan sinergi untuk mengembangkan industri kreatif.

Industri kerajinan batik Banyuwangi merupakan salah satu unggulan industri kecil dan menengah di Kabupaten Banyuwangi, keberadaannya berkontribusi terhadap perekonomian Kabupaten banyuwangi, disamping mampu menyerap tenaga kerja sekitar tempat usaha. Oleh sebab itu, peningkatan peran pemerintah Kabupaten Banyuwangi terhadap keberlangsungan usaha ini sangat diperlukan karena manfaatnya akan kembali pada pengusahanya, masyarakat dan pemerintah sendiri. Ada beberapa masalah yang dihadapi oleh pengrajin batik diantaranya kurangnya modal, akses jalan menuju lokasi, promosi dan media promosi baik visual maupun online, pelatihan termasuk efisiensi biaya produksi dapat segera teratasi.

Semoga Bermanfaat Amiin.
Wallahu A'lam Bishowab.

Jurnal Terkait : http://ejournal.kopertais4.or.id/mataraman/index.php/tahdzib/article/view/3733/2804

0 komentar:

Posting Komentar