Jenis pengangguran menurut waktu kerja
Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau tidak bekerja secara optimal. Berdasarkan pengertian diatas, maka pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment)
Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu. Contoh : suatu kantor mempekerjakan 10 orang karyawan padahal pekerjaan dalam kantor itu dapat dikerjakan dengan baik walau hanya dengan 8 orang karyawan saja,sehingga terdapat kelebihan 2 orang tenaga kerja. Orang-orang semacam ini yang disebut dengan pengangguran terselubung.
Setengah Menganggur (Under Unemployment)
Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu. Contoh : seorang buruh bangunan yang telah menyelesaikan pekerjaan di suatu proyek untuk sementara menganggur sambil menunggu proyek berikutnya.
Setengah pengangguran dibagi menjadi dua kelompok :
• Setengah Penganggur Terpaksa, yaitu mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan lain.
• Setengah Penganggur Sukarela, yaitu mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain, misalnya tenaga ahli yang gajinya sangat besar.
Pengangguran Terbuka (Open Unemployment)
Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
Jenis Pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya :
Macam-macam pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu :
Pengangguran Friksional
Terjemahan luas daru kata frictional adalah gesekan. Jadi, Pengangguran friksional adalah pengangguran yang disebabkan oleh suatu hambatan yang menyebabkan proses bertemunya penawaran dan permintaan tenaga kerja menjadi tidak lancar. Pengangguran terjadi karena ketidaklancaran mekanisme pasar saja. Penyebab dari hambatan ini pada dasarnya ada dua yaitu karena tempat dan waktu. seorang pencari kerja mungkin pada suatu saat tahu bahwa di lain tempat dapat permintaan tenaga kerja, namun untuk sampai ke lokasi tersebut dibutuhkan persiapan. Dengan demikian, jika ia tidak sampai di sana Hal ini dapat dihambat oleh perbedaan tempat. Sebagai contoh, tiga persiapan untuk ke lokasi itu memadai maka waktu lah yang menjadi hambatan utamanya. Selain itu, pencari kerja harus mengumpulkan informasi mengenai lowongan kerja. Hal itu tentu saja membutuhkan waktu. Apabila lokasi tersebut jaraknya lebih jauh maka pencari kerja membutuhkan waktu agak lama sebelum memutuskan untuk pergi. Sebagai manusia, ia membutuhkan banyak hal yang harus dipertimbangkanya. Sementara dia mengumpulkan informasi mempertimbangkan keadaan mengadakan persiapan untuk berangkat dan sebagainya maka jelas ia akan dikategorikan sebagai pengangguran pencari kerja. Padahal dalam waktu satu dua hari sampai 1 bulan lagi mungkin dia sudah mendapatkan pekerjaan tersebut.
Pengangguran Musiman
Kegiatan ekonomi masyarakat sering terpengaruh oleh Irama musim. Pada masa ramai sehingga banyak permintaan Tenaga Kerja dan ada masa dimana kegiatan mengendur. Pergantian antara masa lalu dan masa kendur terjadi secara teratur dalam periode satu tahun.Selama kegiatan mengendur terjadi pengangguran dan akan terpecahkan secara otomatis Bila tiba masa ramai kembali.
Pada saat Menunggu datangnya masa yang lebih ramai oleh pencacah ia akan dicatat sebagai penganggur.
Contoh yang paling klasik adalah apa yang terjadi di sektor pertanian. Pada saat penyiapan lahan untuk ditanami dan dilanjutkan ke penanaman mungkin dibutuhkan tenaga kerja yang banyak. Namun, Pada saat tanaman tumbuh dan naga yang dibutuhkan yang dibutuhkan menyusut drastis karena permintaan tenaga kerja terbatas pada pemeliharaan saja dan juga pada masa panen. Namun, pada saat menanam benih kembali maka permintaan tenaga kerja secara besar-besaran meningkat lagi. Irama kegiatan ini diulang-ulang sehingga menjadi rutin tiap tahun.
Penyebab utama Irama ini adalah iklim alam yang berlaku. Namun, alam Bukan satu-satunya penyebab timbulnya Irama yang berulang-ulang secara rutin tiap tahun. Perilaku manusia juga dapat menjadi penyebabnya, misalnya musim-musim sibuk menjelang lebaran atau tahun baru menyebabkan perbedaan perilaku ekonomi. Demikian pula menjelang masa periode liburan wisata dan seterusnya. Ditinjau dari segi pasar, ketidakseimbangan yang terjadi bersifat musiman tingkat pengangguran yang terjadi juga diberi predikat musiman.
Pengangguran Siklikal
Makin banyak orang berpendapat bahwa gejala ekonomi mengikuti perilaku alam dan gejala biologis. Justru karena iti, banyak perilaku ekonomi dapat dirumuskan dalam bentuk fungsi.
Seperti halnya banjir yang merupakan gejala alam. ini terjadi berdasarkan siklus tertentu menurut ahli fisika sehingga dikenal banjir 10 tahunan, banjir 5 tahunan dan seterusnya. Demikian pula dengan kegiatan ekonomi Adakalanya terjadi ekspansi kegiatan meningkat. Timbul kejenuhan dan penurunan kegiatan. Setelah itu diikuti oleh kenaikan intensitas lagi. Siklus seperti ini 5 atau 10 tahunan sekali secara berulang-ulang secara rutin. Irama seperti ini Sudah barang tentu membawa dampak pada permintaan tenaga kerja.
Pada masa expansi orang biasanya penuh dengan optimisme. dalam situasi seperti ini dampaknya bagi kesempatan kerja positif. Kenaikan permintaan terhadap tenaga kerja akan mengurangi pengangguran. Akan terjadi sebaliknya bila orang telah kehilangan kepercayaan terhadap peluang di masa depan. Sikap pesimisme yang timbul membawa dampak negatif pada kesempatan kerja. Hari ini terekam oleh naiknya tingkat pengangguran. Pengangguran yang berirama seperti ini disebut pengangguran siklikal yang terjadi sesuai dengan konjungtur atau business cycle yang dapat terjadi lima tahun sekali.
Sebenarnya pengangguran seperti ini mirip dengan pengangguran musiman. Namun hal ini terjadi dalam jangka yang lebih panjang. Elin memberatkan bagi adalah bahwa belum tentu orang yang menikmati enaknya dipekerjakan pada masa ekonomi sibuk belum tentu mendapatkan tempat yang sama enaknya pada saat ekonomi membaik setelah terjadinya Resesi. Apalagi kalau dia menjadi kalah bersaing untuk memperebutkan tempatnya semula. Pergeseran pergeseran individual yang terjadi di samping penderitaan selama pengangguran merupakan problem yang lebih berat daripada dalam kasus pengangguran musiman.
Pengangguran Struktural
Seperti disebutkan di muka bahwa salah satu dampak dari kemajuan ekonomi adalah terjadinya perubahan dominasi peranan ekonomi yang dimainkan oleh setiap sektor dalam kegiatan produksi maupun dalam pemberian kesempatan kerja.
Pertama-tama secara umum dapat dikatakan bahwa peranan sektor pertanian turun dan peranan sektor manufaktur dan bekerja sama meningkat. Hal ini berakibat pada penurunan daya serap tenaga kerja di sektor pertanian. Mereka yang tinggal di pedesaan dan yang terbiasa oleh sifat pekerjaan di sektor pertanian di bagian terpaksa mengadu nasib di sektor lain karena menyempitkan peluang di sektor pertanian. Film sektor yang baru belum tentu mereka beruntung dalam mencari pekerjaan. Pengangguran yang ditimbulkan karena perubahan struktur ekonomi seperti ini disebut Pengangguran struktural.
Dalam perjalanan pertumbuhan ekonomi mungkin ada satu sub sektor lain yang berkembang misalnya kehutanan. Perubahan sub sektoral seperti ini membawa dampak yang sejenis dan perubahan sektoral. Pengangguran yang dapat timbul karena perubahan seperti itu juga berciri struktural.
Banyak aspek pekerjaan yang mempunyai tuntunan atau persyaratan yang belum tentu dapat dipenuhi oleh limpahan tenaga kerja dari sektor atau subsektor lain. Hubungan kerjanya lebih formal, budaya kerjanya lebih kaku, dan hubungan soasialnya lebih imoersonal. Diantara penyebab itu mungkin yang paling langsung adalah tuntunan keterampilan yang tidak dapat dipenuhi dalam waktu singkat.
Pengangguran Teknologi
Dalam pertumbuhan industri kita amati bahwa teknologi yang dipakai dalam proses produksi selalu berubah. Ternyata laju perubahan itu semakin hari semakin cepat. Di berbagai industri elektronika perubahan teknologi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Perubahan teknologi produksi membawa dampak kesempatan kerja ke berbagai arah. Kekuatan subtitusi dan kekuatan mengubah spesifikasi jabatan yang ditimbulkan membawa dampak negatif bagi kesempatan kerja berupa pengangguran.
Sebagai contoh dapat disebutkan adanya perubahan lokomotif tenaga uap menjadi lokomotif diesel sehingga tidak lagi dibutuhkan tukang api. Dilakukan tapi tidak cepat menguasai keterampilan yang baru, maka kemungkinan ia tergusur oleh perubahan teknologi.
Daftar contoh semacam ini dapat diperpanjang lebih lanjut, namun yang penting adalah mengidentifikasi keterampilan yang segera usang dan memperkirakan mana yang akan muncul sehingga dapat diketahui arah berkembang masalah pengangguran nya.
Pengangguran Karena Kurangnya Permintaan Agregat
Permintaan total masyarakat merupakan dasar untuk diadakannya kegiatan investasi. Pengeluaran investasi memberikan peluang untuk tumbuhnya kesempatan kerja.
Bila permintaan terhadap barang dan jasa lesu, maka pada gilirannya timbul pula kelesuan pada permintaan tenaga kerja. Kurangnya permintaan agregat di sini diartikan secara mendasar bukan sementara bulanan atau tahunan tetapi merupakan kondisi yang berlaku dalam jangka panjang. Profil yang perlu diketahui adalah tempat terjadinya pengangguran menurut sektor ekonomi Apakah di sektor pertanian, pertambangan dan seterusnya. Selanjutnya distribusi menurut pendidikan perlu juga diketahui. pengangguran tidak terdidik atau berpendidikan rendah dapat lebih mudah ditangani karena biasanya kesempatan kerja bagi tenaga keterampilan mudah lebih besar sehingga kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan lebih besar. Akan tetapi sebaliknya dapat juga terjadi bahwa orang yang berpendidikan rendah bisa menyesuaikan diri dengan keterampilan baru.
Daftar Pustaka:
Ritonga, MT dkk, Ekonomi Untuk SMA kelas XI, (Jakarta : PT Phibeta, 2007), 99.
Arfida, Ekonomi Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), 136. 137, 138