Motivasi yang tinggi untuk keberlangsungan hidup
Karena ada motivasi yang cukup tinggi bahwa dia harus berubah menjadi lebih baik karena ada tanggungan yang harus dipenuhinya yaitu keluarganya, akhirnya dia berfokus ke tempe saja, dan saat itu memelihara sapi juga dihentikan karena pertimbangan seperti yang diatas, dan menurut saya yang menarik untuk saya tulis yaitu bahwa dia menginginkan bahwa saya juga harus ada waktu untuk bisa ikut aktivitas keagamaan salah satunya bisa berjamaah, termasuk ada waktu untuk keluraganya bisa berekreasi atau lainnya. Saat ini juga sudah ada satu pegawai yang membantunya untuk berwirausaha sehingga waktu juga semakin luang untuk beraktivitas yang lainnya, saya kira ini yang menarik untuk saya garis bawahi bahwa dengan merekrut pegawai itu sebenarnya adalah sudah memberikan peluang untuk memberikan lapangan kerja bahwa dalam konteks berwirausaha tidak hanya berorientasi pada orientasi profit orientied saja melainkan harus ada social oriented yang mana bisa memberikan manfat bagi sekitar seperti memberikan peluang kerja bagi yang membutuhkan pekerjaan sehingga ada value atau nilai yang bisa deiberikan kepada sekita seperti upah yang diberikan bagi yang membantunya.
Melakukan penerapan portofolio bisnis untuk meminimalisir resiko
Dalam konteks usaha saat ini saya sebagai penulis juga menangkap bahwa, beliau juga menerapakan portofolio bisnis yang mana mencoba memanajemeni resiko dalam dunia bisnis, yang sebelumnya sapi dan disimpulkan oleh beliau itu adalah sebagai tabungan atau sebagai pengumpul hasil usahanya, walaupun kadang kalah yang diperoleh itu saat dijual tidak sesuai yang diharapkan istilahnya pakpok bahkan malah merugi, dan akhirnya saat ini dia mencari alternative lain yaitu pembesaran burung murai yang saat itu diperoleh dari masukan temannya saya belajar di pendidikan dulu, dan akhirnya dicoba dan sampai saat ini dia merakan bahwa ada hasil dari apa yang dilakukan sebagai portofolo bisnis yang bertujuan untuk meminimalisir resiko dari usaha tempe yang juga terbilang banyak mulai tidak matang, kematangan, sampai tidak laku, sehiggan dengan potofolio tersebut bisa menjadi alternative usaha untuk menambah tambahan dari sisi keuangannya. Dan bahkan dia merasakan bahwa yang diperoleh lebih banyak dibandingkan potofolio bisnis penggemukan sapi yang sebelumnya dijalani.
Meyakini bahwa rejeki sudah ada yang mengatur
Dalam menjalankan bisnis tempe dia juga memiliki keyakinan yang cukup tinggi, yang awalnya dia juga berambisi untuk mengejar hasil yang tinggi akan tetapi tidak bisa diraihnya, dimana saat itu pernah mencoba untuk menjual lebih malam dengan harapan agar tempe terjual lebih banyak, ternyata yang terjadi malah tidak laku, pernah juga ketika tempe tersisa beberapa yang secara hitungan matematis terbilang lumayan karena ditempat yang dia jual belum terjual dia berinisiatif utuk keliling dari pasar satu ke pasar yang lain bahkan sampai dengan lima pasar yang ada dikota Malang, akan tetapi juga belum terjual bahkan mau menjualnya ketemannya juga masih mempertimbangkan para penjual lainnya bahwa yang lain juga mencari nafkah untuk keluarganya sehingga menunggu dulu jika yang lain sudah habis baru mau untuk menjulanya akan tetapi pada akhirnya dia lebih memilih untuk mempertimbangkan perasaan para penjual lain, sehinga dia mengambil kesimpulan ya ini resiko bahwa berjualan itu tidak mesti harus laku setiap hari dan harus habis setiap hari yang akhirnya mulai pagi sampai pulang sekitar jam satu siang memutuskan untuk pulang. Dan akhirnya dia memahami bahwa semua sudah ada yang mengatur kalau memang porsinya segitu yang kita kejar juga gak akan bisa malah kita habis waktu dan habis tenaga. Berjalannya waktu juga sempat mengalami peningkatan bahan baku yang terbilang tinggi sehing dia mencoba menyiasati dengan mengecilkan ukuran tempe yang dijualnya agar harga bisa tetap tapi ukuran lebih kecil, atau dengan ukuran yang sama dengan meningkatkan harga jual. Saat itu ditawarkan kepada para tengkulak bahwa harga bahan baku naik, ukuran berubah lebih kecil atau ukuran sama tapi harga lebih mahal, akan tetapi para tengkulak juga malah tidak mau dan sampai dengan satu mingguan tempe tidak terjual, akan tetapi dia sangat meyakini bahwa semua sudah ada yang mengatur bahwa kalau sudah rejeki pasti akan didapat, dan ternyata beberapa waktu kemudian para tengkulak yang sempet tidak membeli akhirnya kembali untuk membeli dengan harga yang sudah di putuskan oleh beliau karena pelanggan merasa bahwa tempenya lebih cocok dan lebih enak artinya dari sisi kualitas sudah diminati oleh para pelanggan. Sempet juga saat kesiangan juga akan berdampak akan ditinggalkan oleh para tengkulak yang biasa membeli tempenya artinya disini juga ada penerapan manajemen waktu yang disiplin yaitu tepat waktu, ketika ditinggalkan para pelanggan yang biasa membeli diwaktu tersebut maka konsekuensi keterlambatan sehingga harus mencari pelanggan baru diluar jam tersebut, akan tetapi dia sudah memiliki keyakinan yang baik bahwa rejeki sudah ada yang mengaturnya dan ada saja yang membelinya kalau dia menyebut ada pembeli yang kekasar untuk membeli tempenya bahkan membelinya juga malah lebih besar.
Dari sini bisa disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang menarik dari hasil diskusi yang saya bisa ambil antara lain terkait pengusaha harus memiliki motivasi yang tinggi, memiliki portofolio bisnis untuk memanajemeni resiko yang dihadapi di dunia usaha, memiliki keyakini terkait rejeki yang sudah diatur, dan menyisihkan waktu untuk bisa selalu beribadah. Dan semoga hasil tulisan ini bisa memberikan manfaat atau motivasi yang lainnya, dan ditunggu cerita dan kisah dengan para pengusaha lainnya yang akan saya ajak diskusi ngopi ilmiah yang bertujuan untuk mengambil manfaat dari suatu kisah yang dilakukan oleh para pelaku usaha. Salam sukes dan tetap berikan yang terbaik dan kemanfaatan untuk sekitar.
Wallahu A’lam Bishowab. Semoga bermanfaat.
Muhammad Nanang Choiruddin
0 komentar:
Posting Komentar