Seminar Nasional Pasar Modal Syariah

Pemberian Cindramata Kepada Narasumber dari MUI Malang Bapak Drs. KH. Chamzawi M.HI.

Kuliah Tamu Manajemen

Bersama pimpinan manajemen dan pemateri kuliah tamu dengan tema menumbuhkan jiwa wirausaha yang kreatif, inovatif dan mandiri.

Ekonomi Kreatif

Narasumber dalam rangka Turba PCNU Kota Malang Tematik terkait ekonomi kreatif di MWC NU Lowokwaru Ranting Dinoyo

Seminar Nasional

Narasumber Seminar Nasional Economic Outlook, Prospects And Future Of The Indonesian Economy,(Bersama Ketua Komisi C DPRD tk 1 Jatim)di FE UNUSIDA Sidoarjo.

Penyuluhan UMKM

Narasumber Penyuluhan terkait administrasi sederhana UMKM di Desa Sutojayan Kabupaten Malang.

Minggu, 17 Oktober 2021

Maulid Nabi Muhammad SAW

Maulid Nabi Muhammad SAW diperingati dengan berbagai motif. Sebagian orang memperingatinya sebagai bentuk cinta kepada Rasulullah saw. tetapi sebagian lainnya memperingati maulid nabi sebagai bentuk syukur kepada Allah atas kelahiran nabi agung, yaitu manusia sempurna yang layak diteladani.

وأما مجرد فعل البر وما ذكر معه من غير نية أصلا فإنه لا يكاد يتصور ولو تصور ولم يكن عبادة ولا ثواب فيه إذ لا عمل إلا بنية ولا نية هنا إلا الشكر لله تعالى على ولادة هذا النبي صلى الله عليه وسلم في هذا الشهر الشريف
 
Artinya, “Perbuatan baik dan ibadah lainnya tanpa niat sama sekali hampir-hampir sulit dibayangkan. Kalau pun ya, maka ia tidak bernilai ibadah. Tidak ada pahala di dalamnya karena tidak ada amal tanpa niat. Sedangkan niat di sini (peringatan maulid) tidak lain adalah ekspresi syukur kepada Allah swt atas kelahiran Nabi Muhammad saw pada bulan mulia ini,”(As-Suyuthi, Husnul Maqshid fi Amalil Mawlid, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: tanpa tahun], halaman 62).
 
Kelahiran Nabi Muhammad SAW (maulid) merupakan nikmat terbesar di alam raya ini.
 
والشكر لله تعالى يحصل بأنواع العبادات كالسجود والصيام والصدقة والتلاوة وأي نعمة أعظم من النعمة ببروز هذا النبي صلى الله عليه وسلم الذي هو نبي الرحمة في ذلك اليوم
 
Artinya, “Syukur kepada Allah swt terwujud dengan pelbagai jenis ibadah, misalnya sujud (shalat sunnah), puasa, sedekah, dan membaca Al-Qur’an. Adakah nikmat yang lebih besar pada hari ini dari kelahiran Nabi Muhammad saw, nabi kasih sayang,” (As-Suyuthi: 63).
 
Perayaan maulid Nabi SAW seiring firman Allah dalam Al-Qur’an:
 
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (يونس: 58)
 
Artinya: “Katakanlah Muhammad, dengan anugerah Allah dan rahmat-Nya maka hanya dengan itu berbahagialah orang-orang yang beriman. Hal itu (anugerah dan rahmat-Nya) lebih baik daripada harta dunia yang mereka kumpulkan.” (QS Yunus: 58).
 
Merujuk penjelasan al-Hafidh Ibnu Hajar al-‘Asqalani yang dikutip oleh Imam as-Suyuthi dalam kitab al-Hawi lil Fatawi, memperingati maulid Nabi dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai ekspresi kebahagiaan atas kelahiran Nabi Muhammad saw. Di antaranya dengan (1) membaca Al-Qur’an, (2) memberi makan orang, (3) bersedekah, dan (4) mengungkapkan berbagai pujian kepada Nabi—seperti dengan membaca Maulid al-Barzanji, Maulid Diba’, Simtuth Durar, Dhiyâul Lami’ dan semisalnya—yang dapat mendorong hati untuk lebih giat melakukan amal kebaikan sebagai bekal di kehidupan akhirat kelak. Inilah empat (4) cara memperingati maulid Nabi menurut al-Hafidh Ibnu Hajar al-‘Asqalani.
 
Adapun ekspresi kebahagiaan atas kelahiran Nabi Muhammad saw yang dilakukan secara berlebihan, yaitu dengan melakukan perbuatan yang hukumnya makruh atau khilâful aula, maka menurut al-Hafidh Ibnu Hajar al-'Asqalani hendaknya dihindari. Apalagi memperingati maulid Nabi dengan perbuatan-perbuatan yang haram atau dengan kemaksiatan, maka harus benar-benar dihindari. Ia menjelaskan:
 
وما كان حراما أو مكروها فيمنع وكذا ما كان خلاف الأولى انتهى
 
Artinya: “Perbuatan yang haram atau makruh, maka (dalam peringatan maulid nabi) hendaknya dicegah. Demikian pula perbuatan yang khilâful aula atau yang tidak sesuai dengan keutamaan.” (Jalaluddin as-Suyuthi, al-Hawi lil Fatawi, juz I, halaman 282).
 
Bagi seorang mukmin, kecintaan kepada Nabi adalah sebuah keharusan, salah satu untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. Kecintaan kepada nabi harus berada diatas segalanya, bahkan melebihi kecintaan kepada istri, anaknya, bahkan kecintaan diri sendiri.
 
لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحبّ إليه من ولده ووالده والناس أجمعين.
Artinya:
“Tidak sempurna iman salah satu diantara kamu sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia.” (HR. Bukhori Muslim).
 
Imam Sirri Saqathi Rahimahullah berkata:
 
من قصد موضعا يقرأ فيه مولد النبي صلى الله عليه وسلم فقد قصد روضة من رياض الجنة لأنه ما قصد ذلك الموضع إلا لمحبة النبي صلى الله عليه وسلم : وقد قال صلى الله عليه وسلم: من أحبني كان معي في الجنة.
 
Artinya: “Barang siapa menyengaja (pergi) ke suatu tempat yang dalamnya terdapat pembacaan maulid nabi, maka sungguh ia telah menyengaja (pergi) ke sebuah taman dari taman-taman surga, karena ia menuju tempat tersebut melainkan kecintaannya kepada baginda rasul. Rosulullah bersabda: barang siapa mencintaku, maka ia akan bersamaku di syurga.
 
Sedangkan Imam Syafi’i Rohimahullah berkata:
 
من جمع لمولد النبي صلى الله عليه وسلم إخوانا وهيأ طعاما وأخلى مكانا وعمل إحسانا وصار سببا لقراءته بعثه الله يوم القيامة مع الصادقين والشهداء والصالحين ، ويكون في جنات النعيم.
 
Artinya : “Barang siapa yang mengumpulkan saudara-saudara untuk memperingati Maulid nabi, kemudian menyediakan makanan, tempat, dan berbuat kebaikan untuk mereka serta ia menjadi sebab untuk atas dibacakannya maulid nabi, maka Allah akan membangkitkan dia bersama-sama orang yang jujur, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang sholeh. Dan dia akan dimasukkan dalam syurga na’im.”
 
Dalam kitab Iqtidla’u al-Shirati al-Mustaqim, Mukholafatu Ashhabi al-Jahim halaman 297. dijelaskan:
 
فَتَعْظِيْمُ الْمَوْلِدِ وَاتِّخَاذُهُ مَوْسِمًا قَدْ يَفْعَلُهُ بَعْضُ النَّاسِ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهِ أَجْرٌ عَظِيْمٌ لِحُسْنِ قَصْدِهِ وَتَعْظِيْمِهِ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ كَمَا قَدَّمْتُهُ لَكَ. (الشيخ ابن تيمية، اقتضاء الصراط المستقيم، مخالفة أصحاب الجحيم: ص/٢٩٧.
 
Artinya: Mengagungkan maulid (Nabi Muhammad) dan melakukannya rutin (setiap tahun), yang kadang dilakukan oleh sebagian orang. Dan baginya dalam merayakan maulid tersebut, pahala yang agung/besar karena tujuan yang baik dan mengagungkan Rasulullah SAW. dan keluarga beliau. Sebagaimana yang telah aku sampaikan padamu. (Syaikh Ibn Taimiyah, Iqtidla’u al-Shirati al-Mustaqim, Mukholafatu Ashhabi al-Jahim: 297)
 
Semangat Pagi dalam siang, Semoga Bermanfaat
WallahuA'alam Bishowa

Rabu, 13 Oktober 2021

Bershalawatlah

 

Anjuran untuk bershalawat dapat ditemukan dalam Al-Qur’an dan hadits. Anjuran membaca shalawat pertama sekali dapat ditemukan pada Surat Al-Ahzab ayat 56:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
 
Artinya, "Sungguh Allah dan malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk nabi. Ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (Surat Al-Ahzab ayat 56). 
 
Keutamaan membaca shalawat terdapat dalam berbagai riwayat hadits. Keterangan perihal ganjaran pahala yang berlipat untuk amal shalawat dapat ditemukan pada hadits riwayat Imam Muslim berikut ini: 
 
مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا
 
Artinya, “Siapa saja yang bershalawat kepadaku sekali, niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali,” (HR Muslim).
 
Shalawat nabi memiliki banyak keutamaan bagi yang mengamalkannya. Selain soal ganjaran pahala, amal shalawat nabi juga dapat menghapus dosa dan mengangkat derajat orang yang mengamalkannya sebagaimana hadits riwayat An-Nasa’i berikut ini:
 
مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ خَطِيئَاتٍ وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ
 
Artinya, "Siapa saja yang membaca shalawat kepadaku sekali, niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali, menghapus sepuluh dosanya, dan mengangkat derajatnya sepuluh tingkatan," (HR An Nasa’i)
 
Dalam Kitab Dalail Al-Khoirot, karya Al-Imam Al-Quthub As-Syekh Abi ‘Abdillah Muhammad bin Sulaiman Al-Jazuliy Al-Hasani disebutkan, “Apabila seorang hamba brsholawat, maka sholawat itu akan keluar dari mulutnya secepat kilat dalam bentuk cahaya, dan cahaya itu mengelilingi seluruh penjuru barat dan timur sambil berteriak “Aku adalah sholawatnya fulan bin fulan”. 
 
Lalu sholawat itu Allah jadikan seekor burung yang mempunyai 70 ribu sayap, dalam 1 sayap ada 70 ribu kepala, dalam 1 kepala ada 70 ribu wajah, dalam 1 wajah ada 70 ribu mulut, dalam 1 mulut ada 70 ribu lidah, dan setiap 1 lidah bertasbih dengan 70 ribu bahasa yang pahalanya untuk orang yang bersholawat.
 
Malaikat Jibril AS berkata,
”Wahai Rasulullah, Barang siapa yang membaca shalawat ke atasmu, tiap-tiap hari sebanyak sepuluh kali, maka akan aku bimbing tangannya dan akan aku bawa di melintasi titian (Shirathal Mustaqim) seperti kilat menyambar”.
 
Malaikat Mikail AS,
”Ya Rasulullah, mereka yang bersholawat keatasmu, akan aku beri mereka itu minuman dari telagamu”
 
Malaikat Isrofil AS,
”Mereka yang bershalawat kepadamu, aku akan sujud kepada Allah SWT dan aku tidak akan mengangkat kepalaku, sehingga Allah SWT mengampuni orang itu (yang bershalawat)”.
 
Malaikat Izrail AS,
”Bagi mereka yang bershalawat kepadamu, akan aku cabut ruh mereka itu dengan selembut-lembutnya seperti aku mencabut ruh pada Nabi-nabi”.
 
Semoga kita selalu diberikan keistiqomahan dalam melantunkan sholawat dalam setiap waktu bilqoul au bilqolbi, marilah kita ucapkan sholawat Allahumma sholli’ala sayyidina Muhammad wa’ala aalihi washohbihi wasallim, Wallahua’lamubissowab

Makna Potensi Diri Dalam Kepemimpinan

 

Mencoba menggali terkait makna dari potensi diri dalam kepemimpinan, jika dipahami pasti banyak versi dan sudut pandang yang berbeda beda, coba kita memahami apabila kita melihat bak yang berisikan air dan lihatlah sebenarnya apa yang tampak disitu sudah pasti diri anda, dan coba suruh yang lainnya untuk melihat air yang ada di bak apa yang tampak, pastinya adalah diri orang itu sendiri yang akan tampak, maksudnya apa? Bahwa setiap individu itu memiliki potensi diri masing-masing dan semua diberikan peluang tanpa terkecuali untuk mau memaksimalkan atau tidak dan itulah pilihan, artinya setiap orang atau individu punya kesempatan untuk mencoba menggali potensi diri menggali kemampuan menggali apa saja yang ingin dimaksimalkan atau ingin dikembangkannya untuk mencoba mengelola dirinya sendiri entah itu dipaksakan atau tanpa paksaan. Termasuk soal kepemimpinan yang memang itu sudah melekat pada setiap individu minimal memimpin untuk dirinya dan maksimal untuk banyak orang.
 

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
 
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Al-Baqarah ayat 30)
 
Dari sini sudahlah sangat jelas sekali bahwa posisi kita semua adalah mencoba dan berusaha untuk memanaj sesuatu yang ada disekitar kita termasuk memanaj diri, yang mana sudah pasti untuk berusaha melestarikannya, menjaganya, mengembangkan apa yang ada disekitar kita dan ada disetiap individu, bukan sebaliknya merusak dan seterusnya, dan itu semua bisa dilakukan jika kita semua mau dan terus berusaha belajar melalui proses yang ada termasuk melalui proses pendidikan baik itu dari pendidikan formal atau informal yang saya kira sangat banyak optional yang bisa dicari dan dilakukan untuk mendapatkan pendidikan dan saya kira itu sama dan tidak ada bedanya karena dengan itu kita akan memperoleh banyak pengetahuan dan cara yang tepat dalam mengambil sikap apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak dilakukan dan semua itu sangat jelas akan diperoleh dari khasanah keilmuan terutama terkait kaidah-kaidah syariah atau ilmu Agama, karena itu adalah sebagai pondasi yang harus dimiliki oleh setiap individu.
 
Baginda Nabi Muhammad SAW sudah memberikan tauladan bagi kita semua dari sifat beliau yakni Sidiq, Amanah, Tabligh, Fatonah, artinya bahwa dalam setiap kepemimpinan harus ada potensi diri yang dimiliki yakni terkait sidiq yang memiliki makna jujur sehingga apa yang dipimpinnya dan dikelolanya selalu mengarah kepada kejujuran dan meyakini bahwa apa yang dilakukan dan akan dilakukan selalu diawasi dan dilihat oleh Allah SWT sehingga memunculkan kondisi damai tentram dan bersih, begitu juga Amanah yang mana potensi ini juga perlu dimiliki bagi setiap individu bahwa harus selalu menjaga kepercayaan yang sudah diberikan dan berusaha memberikan yang terbaik sehingga muncul kharmonisan dan ketenangan yang dirasakan bagi siapa saja, kemudian Tabligh yang mana harus bisa menyampaikan informasi yang sebenarnya dan seakurat-akuratnya sehingga tidak terjadi kesalahpahaman atau miscommunication, artinya tepat sasaran dan sesuai kebenaran tanpa ditambahi tanpa dirubah dan tanpa dikurangi artinya sama persis atau sebenarnya, saat ini banyak informasi yang disampaikan tidak sesuai seperti banyaknya HOAX artinya disitu peran masing individu harus berusaha untuk tabayyun terlebih dahulu, mencoba mencari informasi dan klarifikasi kebenarannya seperti apa bukan malah ikut mengalir tanpa ada proses filterisasi terlebih dahulu sehingga paling tidak kita tidak termakan HOAX atau malah membagikannya dan itu fatal. Kemudian sifat Fathonah yang artinya adalah cerdas dimana setiap individu diberikan di berikan kecerdasan dan itu kembali ke masing-masing individu yang sudah jelas diberikan keistimewaan dibandingkan dengan Makhluk lainnya yaitu akal dan ini yang membedakan antara manusia dengan lainnya, hanya saja kita mau tidak memaksimalkan potensi yang sudah kita miliki yaitu potensi akal yang mana bisa diasah dan dilatih sehingga kecerdasan itu muncul tentunya dengan proses education atau pembelajaran yang berkesinambungan dan mau berusaha terus belajar dan belajar terkait perkembangan yang tidak pernah berhenti dan terus berjalan karena kita memang dituntut untuk berfikir bagaimana kita bisa menyelesaikan semua persoalan yang wajib hadir dengan cara yang terbaik atau yang paling bijaksana tanpa merugikan semua pihak. 
 
Terus mungkin ada pertanyaan bagaimana jika akal digunakan untuk hal lain yang bertentangan, dalam konteks ini perlu dipahami bahwa kalau kita tarik pada sisi keilmuan tasawuf kita harus memahami bahwa akal selalu mengajak kepada kebaikan sedangkan yang mengajak kepada keburukan bukan akalnya melainkan nafsunya dimana itu adalah musuh yang paling berat yang ada didalam setiap individu, apa Akal yang akan menang dan nafsunya yang akan kalah ataukah sebaliknya, dan tanyakan kediri anda sendiri karena anda memiliki kecerdasan untuk mencoba berusaha dan berusaha untuk berbuat baik dengan akal yang anda miliki, setidaknya sifat-sifat yang sudah dicontohkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW bisa kita contoh walaupun tidak sama persis paling tidak ada upaya dan usaha dari diri kita masing-masing bahwa potensi diri kita itu ada dan itu kembali kepada masing-masing mau mengoptimalkan atau tidak silahkan anda tentukan sendiri karena itu adalah hak mutlak anda sendiri.
 
Dan semua itu bisa diraih dengan cara apabila kita mau menuntut ilmu belajar dan belajar. Karena selain wajib bagi setiap muslimin dan muslimat, menuntut ilmu memiliki keutamaan yang sangat luar biasa.
 
Imam As-Syafi’i mengatakan, “Aktivitas menuntut ilmu lebih utama daripada shalat sunnah.” Lain kesempatan, ia mengatakan, 'Mereka yang ingin mengejar dunia, ia harus meraihnya dengan ilmu. Demikian juga mereka yang ingin meraih kesuksesan di akhirat.” 
 
وقال ما أفلح في العلم إلا من طلبه بالقلة
 
“Imam As-Syafi’i berkata, ‘Tiada yang beruntung dalam menuntut ilmu kecuali orang yang mengejarnya secara total.’” (An-Nawawi, Al-Majmu': 33)
 
Semoga selalu dinaungi Rahmat dan selalu diberikan ketetapan Iman Islam dan dijadikan hamba yang selalu berusaha untuk menjadi lebih baik lagi, semoga bermanfaat.
Al Fatihah

Mensyukuri Nikmat Dengan Alhamdulillah

Urip ndek Dunyo mung dikongkon iso ndekek Awak, Makna dari semua itu sebenarnya kita disuruh untuk selalu bertafakkur atas apa yang ada, kita berangkat dalam melihat hal yang paling kecil dan paling sederhana bahwa disitu pasti ada nilai atau manfaat atau hikmah yang bisa kita ambil sampai dengan hal yang paling besar paling rumit sekalipun semua sama yaitu kita berfikir apa maksud dari semua ini dan pasti memiliki makna dan nilai, dalam hal ini kita dituntut untuk menikmati apa yang kita rasakan itu saya kira sudah sangatlah cukup walaupun belum sempurna mungguhe menungso, melatih untuk menumbuhkan rasa syukur itu sangatlah penting dan wajib untuk diriyadhohi dilatih sehingga menjadikan suatu kebiasaan yang pada akhirnya kalau gak bersyukur maka ada yang kurang, karena sudah kodratnya bahwa manusia selalu diiringi dengan rasa kurang dan kurang dan itu tidak bisa dipungkiri, coba tanyakan kepada orang yang paling kaya di dunia ini sekalipun, apakah masih merasa kurang? Kalau memang masih kurang berarti itu menunjukkan bahwa itulah kodrat yang dimiliki oleh manusia yaitu selalu merasa kurang, artinya kita sebagai hamba harus cerdas dalam menyikapi semua hal atau persoalan yakni cukup dengan mensyukuri Nikmat yang sudah diberikan kepada kita karena dengan itu semua nikmat yang sudah diberikan akan ditambah dan semakin bertambah dan semakin nikmat, artinya berusahalah selalu menjadi hamba yang pandai mensyukuri Nikmat yang diberikan kepada kita karena Allah SWT tahu apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
 
Wa iż ta`ażżana rabbukum la`in syakartum la`azīdannakum wa la`ing kafartum inna 'ażābī lasyadīd
 
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
 
Dengan mengucapkan dzikir Alhamdulillah Alhamdulillah Alhamdulillah memiliki nilai yang sangat luar biasa yang hakikatnya bisa memenuhi jagat dan seisinya, sungguh luar biasa kalimat toyibah yang sering kita baca dan semoga itu selalu kita ucapkan setiap saat dan setiap waktu dimanapun berada.
 
رَبِّ أَوْزِعْنِىٓ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ وٰلِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صٰلِحًا تَرْضَىٰهُ وَأَدْخِلْنِى بِرَحْمَتِكَ فِى عِبَادِكَ ٱلصّٰلِحِينَ ..
 
Robbi auzi’nii an asykuro ni’matakal latii an’amta ‘alayya wa ‘alaa waalidayya wa an a’mala shoolihan tardhoohu wa adkhilnii birohmatika fii ‘ibaadikash shoolihiin
 
”Ya Tuhanku, berikanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal shaleh yang Engkau ridhoi dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu kedalam golongan hamba-hamba-Mu yang shaleh.” (QS. An-Naml : 19)
 
Semoga hari hari selalu dinaungi kesuksesan dan keberkahan dan selalu diberikan ketetapan iman Islam dan keselamatan dunia akhirat Amiin
Al Fatihah
 
Wallahu a'lam Bishowab

Amalan Tergantung Pada Niatnya dan Dilandasi oleh Ilmu

Kita semua seyogyanya selalu berusaha melatih diri jangan terpengaruh oleh dunia, karena kalau digambarkan dunia itu seperti fatamorgana tampak ada sesuatu dari kejauhan tapi sebenarnya saat didekati tidak ada apa-apa, apa artinya kita tidak butuh dunia? Butuh, akan tetapi sebagai wasilah atau perantara menuju akhirat kelak dengan memaksimalkan amal kebaikan yang ada di dunia yang dikerjakan, akan tetapi jangan terpengaruh oleh dunia itu sendiri apalagi sampai Hubud Dunya (Cinta Dunia) agar kita tidak menjadi budaknya dunia, dalam hal ini sudah jelas bahwa kita butuh cara bagaimana kita bisa memahami Hal tersebut dan mencapai pada fase dimana kita bisa tidak terpengaruh oleh dunia itu sendiri dan itu perlu dilatih (di riyadohi), dan semua tentunya dibutuhkan pengetahuan atau ilmu yang harus kita pelajari dalam hal ini menuntut ilmu sangat diwajibkan bagi semua muslimin dan muslimat, dimana dalam memahami dan ingin sukses urusan dunia berarti butuh ilmu dunia,begitu juga memahami dan ingin sukses urusan akherat juga butuh ilmu akherat, seperti yang disampaikan oleh Imam Syafi'i RA:
 
قال الشافعي رحمه الله تعالى : العلم أفضل من من صلاة النافلة وقال : ليس بعد الفرائض أفضل من طلب العلم، وقال : من أراد الدنيا فعليه بالعلم ومن أراد الآخرة فعليه بالعلم.
 
Imam Syafi’i RA berkata : Menuntut ilmu lebih utama daripada shalat sunnah. Beliau berkata : Tidak ada amalan setelah amalan fardhu yang lebih utama daripada menuntut ilmu. Dan beliau juga berkata : Barangsiapa yang menginginkan (kebahagian) dunia hendak lah dengan ilmu barangsiapa yang menginginkan (kebahagian) akhirat hendaklah dengan ilmu.“
 
Begitu juga jika kamu melakukan urusan dunia maka niatkan dengan suatu yang baik agar itu menjadi amal akhiratmu, misalkan kamu bekerja maka niatkan untuk mencari nafkah yang halal untuk keluargamu dan untuk sangune ibadah, jika kamu berbisisnis maka niatkan untuk ibadah, gae sangune ibadah saget damel membantu sekitar, saget damel ibadah Haji ke Baitullah, dan apa saja yang kamu kerjakan apapun itu hendaknya niatkan yang baik agar bernilai ibadah dan menjadi amal akheratmu kelak, karena sesungguhnya amal yang dikerjakan jika tidak diniatkan maka tidak sah.
 
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
 
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya seseorang hanya mendapatkan apa yang dia niatkan. Maka barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim)
 
Biarkan dunia yang mengejar kita dan jangan terpengaruh oleh dunia karena hanya fatamorgana dan jadikan dunia sebagai wasilah perantara untuk menuju akhirat, dan niatkan yang baik dan ibadah dalam melaksanakan urusan dunia agar tercatat sebagai amalan akherat kelak.
 
Semoga kita semua selalu dinaungi Oleh RahmatNya dan selalu diberikan ketetapan Iman Islam dan dijadikan Hamba yang selalu bersyukur dan selamat dan sukses di Dunia dan Akherat, Amiinn, 
Al Fatihah
 
Wallahualam Bissawab

Berdzikir

Perintah berdzikir dan uraian tentang fadhilah atau keutamaanya telah dijelaskan di sejumlah ayat-ayat Al Quran, dalam surat Al Baqarah Allah SWT Berfirman:


فَاذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ


Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”[QS:Al Baqarah/2 ayat 152]

Kegembiraan dan ketenangan merupakan sesuatu yang dijanjikan kepada orang yang berdzikir kepada Allah SWT sebagaimana dalam firman-Nya:

الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّـهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّـهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ


Artinya : “Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” [QS:Ar-Ra’du/13 ayat 28]

Berusaha untuk membiasakan lisan selalu mencoba berdzikir dan melatih batin untuk berdzikir memang tidaklah mudah, akan tetapi perlu terus diriyadhohi/dilatih walaupun terasa berat, karena belum terlatihnya dan belum terbiasanya lisan dan hati kita dalam berdzikir, semua Butuh berproses dan tidaklah instan, perlu ada kemauan kuat dari dalam diri kita walaupun awal terasa dipaksakan (belum ikhlas) dan disitulah proses yang mesti dan harus dilalui dari terpaksa menjadi terbiasa dari belum ikhlas sampai pada posisi ikhlas, dari lupa sampai dengan menjadi ingat, proses untuk mencapai posisi terbiasa, ikhlas dan selalu ingat pastinya membutuhkan perjuangan yang tidaklah gampang dan tidaklah instan, tapi kita bisa terus mencoba dan berusaha untuk membiasakan dulu dengan sedikit-sedikit kemudian ditambah sedikit ditambah sedikit lagi dan seterusnya agar menjadi terbiasa, yang pada akhirnya menjadi kebiasaan. Setiap waktu, setiap langkah, setiap hembusan nafas, setiap gerak gerik dohir dan batin dalam setiap hari kita berusaha untuk mencoba pada diri kita masing-masing untuk melatih lisan maupun batin kita untuk selalu mengingat / berdzikir kepada Allah SWT, kita sering lupa bahkan selalu lupa karena terhipnotis oleh aktifitas dan urusan dunia yang fana', karena kita tidak bisa apa-apa, bukan siapa-siapa, tidak mampu apa-apa, kecuali Allah SWT yang memberikan pertolongan, yang memberikan Perlindungan, yang memberikan kenikmatan, Yang memberikan kekuatan, yang memberikan segalanya kepada kita.

Dalam kitab Mujarrabat Al-Dairabi disebutkan bahwa Imam Al-Ghazali memiliki wirid harian yang beliau anjurkan untuk diamalkan. Menurut beliau, siapa saja yang mengamalkan wirid harian ini, maka hidupnya akan mendapatkan keberkahan dan dimudahkan untuk memperoleh ilmu.

Amalan wirid harian dimaksud adalah sebagai berikut:

Pertama, hari Jumat membacat dzikir berikut sebanyak seribu kali;

يَا اللهُ


Yaa alloh.

 

Kedua, hari Sabtu membaca dzikir berikut sebanyak seribu kali;

لَااِلَهَ اِلاّ الله


Laa ilaaha illallooh.

 

Ketiga, hari Ahad membaca dzikir berikut sebanyak seribu kali;

يَاحَيُّ يَا قَيُّوْمُ


Yaa hayyu yaa qoyyuum.

 

Keempat, hari Senin membaca dzikir berikut sebanyak seribu kali;

لَا حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ


Laa hawla walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim.

 

Kelima, hari Selasa membaca shalawat kepada Nabi Saw sebanyak seribu kali.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ


“Allahumma sholli ala Sayyidina Muhammad wa ala alihi Sayyidina Muhammad”

 

Keenam, hari Rabu membaca istighfar berikut sebanyak seribu kali;

اَسْتَغْفِرُ اللهَ اْلعَظِيْمَ


Astaghfirulloohal ‘azhiim.

 

Ketujuh, hari Kamis membaca tasbih berikut sebanyak seribu kali;

سُبْحَانَ اللهَ اْلعَظِيْمَ وَبِحَمْدِهِ


Subhaanalloohal ‘azhiima wa bihamdih.

 

Disebutkan dalam kitab Mujarrabat Al-Dairabi sebagai berikut;

فائدة: قال الغزالي رحمه الله تعالى ما حصل لي الفتوح والبركة الا بهذه الاوراد وهي ان تقول في يوم الجمعة يا الله الف مرة وفي يوم السبت لا اله الا الله الف مرة وفي يوم الاحد يا حي يا قيوم وفي يوم الاثنين لا حول ولا قوة الا بالله العلي العظيم وفي يوم الثلاثاء تصلى على النبي الف مرة وفي يوم الاربعاء استغفر الله العظيم الف مرة وفي يوم الخميس سبحان الله وبحمده الف مرة

Faidah; Imam Al-Ghazali berkata; Aku tidak mendapatkan futuh dan keberkahan kecuali dengan wirid-wirid ini. Yaitu di hari Jumat membaca; Yaa alloh, seribu kali, hari Sabtu membaca; Laa ilaaha illalloh, seribu kali, hari Ahad membaca; Yaa hayyu yaa qoyyuum, seribu kali, hari Senin membaca; Laa hawla walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim, seribu kali, hari Selasa membaca shalawat kepada Nabi Saw seribu kali, hari Rabu membaca; Astagfirullaahal ‘azhiim, seribu kali, hari Kamis membaca; Subhaanallaah wa bihamdih, seribu kali.


Semoga kita semua mau mencoba melatih dan berusaha semampunya, Semangat Pagi semoga kita senantiasa selalu mendapatkan RahmatNya, HidayahNya, dan semoga kita semua selalu diberikan kekuatan dan pertolongan Allah SWT. amiinn

Wallahua'lam Bishowab