Rabu, 13 Oktober 2021

Makna Potensi Diri Dalam Kepemimpinan

 

Mencoba menggali terkait makna dari potensi diri dalam kepemimpinan, jika dipahami pasti banyak versi dan sudut pandang yang berbeda beda, coba kita memahami apabila kita melihat bak yang berisikan air dan lihatlah sebenarnya apa yang tampak disitu sudah pasti diri anda, dan coba suruh yang lainnya untuk melihat air yang ada di bak apa yang tampak, pastinya adalah diri orang itu sendiri yang akan tampak, maksudnya apa? Bahwa setiap individu itu memiliki potensi diri masing-masing dan semua diberikan peluang tanpa terkecuali untuk mau memaksimalkan atau tidak dan itulah pilihan, artinya setiap orang atau individu punya kesempatan untuk mencoba menggali potensi diri menggali kemampuan menggali apa saja yang ingin dimaksimalkan atau ingin dikembangkannya untuk mencoba mengelola dirinya sendiri entah itu dipaksakan atau tanpa paksaan. Termasuk soal kepemimpinan yang memang itu sudah melekat pada setiap individu minimal memimpin untuk dirinya dan maksimal untuk banyak orang.
 

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
 
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Al-Baqarah ayat 30)
 
Dari sini sudahlah sangat jelas sekali bahwa posisi kita semua adalah mencoba dan berusaha untuk memanaj sesuatu yang ada disekitar kita termasuk memanaj diri, yang mana sudah pasti untuk berusaha melestarikannya, menjaganya, mengembangkan apa yang ada disekitar kita dan ada disetiap individu, bukan sebaliknya merusak dan seterusnya, dan itu semua bisa dilakukan jika kita semua mau dan terus berusaha belajar melalui proses yang ada termasuk melalui proses pendidikan baik itu dari pendidikan formal atau informal yang saya kira sangat banyak optional yang bisa dicari dan dilakukan untuk mendapatkan pendidikan dan saya kira itu sama dan tidak ada bedanya karena dengan itu kita akan memperoleh banyak pengetahuan dan cara yang tepat dalam mengambil sikap apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak dilakukan dan semua itu sangat jelas akan diperoleh dari khasanah keilmuan terutama terkait kaidah-kaidah syariah atau ilmu Agama, karena itu adalah sebagai pondasi yang harus dimiliki oleh setiap individu.
 
Baginda Nabi Muhammad SAW sudah memberikan tauladan bagi kita semua dari sifat beliau yakni Sidiq, Amanah, Tabligh, Fatonah, artinya bahwa dalam setiap kepemimpinan harus ada potensi diri yang dimiliki yakni terkait sidiq yang memiliki makna jujur sehingga apa yang dipimpinnya dan dikelolanya selalu mengarah kepada kejujuran dan meyakini bahwa apa yang dilakukan dan akan dilakukan selalu diawasi dan dilihat oleh Allah SWT sehingga memunculkan kondisi damai tentram dan bersih, begitu juga Amanah yang mana potensi ini juga perlu dimiliki bagi setiap individu bahwa harus selalu menjaga kepercayaan yang sudah diberikan dan berusaha memberikan yang terbaik sehingga muncul kharmonisan dan ketenangan yang dirasakan bagi siapa saja, kemudian Tabligh yang mana harus bisa menyampaikan informasi yang sebenarnya dan seakurat-akuratnya sehingga tidak terjadi kesalahpahaman atau miscommunication, artinya tepat sasaran dan sesuai kebenaran tanpa ditambahi tanpa dirubah dan tanpa dikurangi artinya sama persis atau sebenarnya, saat ini banyak informasi yang disampaikan tidak sesuai seperti banyaknya HOAX artinya disitu peran masing individu harus berusaha untuk tabayyun terlebih dahulu, mencoba mencari informasi dan klarifikasi kebenarannya seperti apa bukan malah ikut mengalir tanpa ada proses filterisasi terlebih dahulu sehingga paling tidak kita tidak termakan HOAX atau malah membagikannya dan itu fatal. Kemudian sifat Fathonah yang artinya adalah cerdas dimana setiap individu diberikan di berikan kecerdasan dan itu kembali ke masing-masing individu yang sudah jelas diberikan keistimewaan dibandingkan dengan Makhluk lainnya yaitu akal dan ini yang membedakan antara manusia dengan lainnya, hanya saja kita mau tidak memaksimalkan potensi yang sudah kita miliki yaitu potensi akal yang mana bisa diasah dan dilatih sehingga kecerdasan itu muncul tentunya dengan proses education atau pembelajaran yang berkesinambungan dan mau berusaha terus belajar dan belajar terkait perkembangan yang tidak pernah berhenti dan terus berjalan karena kita memang dituntut untuk berfikir bagaimana kita bisa menyelesaikan semua persoalan yang wajib hadir dengan cara yang terbaik atau yang paling bijaksana tanpa merugikan semua pihak. 
 
Terus mungkin ada pertanyaan bagaimana jika akal digunakan untuk hal lain yang bertentangan, dalam konteks ini perlu dipahami bahwa kalau kita tarik pada sisi keilmuan tasawuf kita harus memahami bahwa akal selalu mengajak kepada kebaikan sedangkan yang mengajak kepada keburukan bukan akalnya melainkan nafsunya dimana itu adalah musuh yang paling berat yang ada didalam setiap individu, apa Akal yang akan menang dan nafsunya yang akan kalah ataukah sebaliknya, dan tanyakan kediri anda sendiri karena anda memiliki kecerdasan untuk mencoba berusaha dan berusaha untuk berbuat baik dengan akal yang anda miliki, setidaknya sifat-sifat yang sudah dicontohkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW bisa kita contoh walaupun tidak sama persis paling tidak ada upaya dan usaha dari diri kita masing-masing bahwa potensi diri kita itu ada dan itu kembali kepada masing-masing mau mengoptimalkan atau tidak silahkan anda tentukan sendiri karena itu adalah hak mutlak anda sendiri.
 
Dan semua itu bisa diraih dengan cara apabila kita mau menuntut ilmu belajar dan belajar. Karena selain wajib bagi setiap muslimin dan muslimat, menuntut ilmu memiliki keutamaan yang sangat luar biasa.
 
Imam As-Syafi’i mengatakan, “Aktivitas menuntut ilmu lebih utama daripada shalat sunnah.” Lain kesempatan, ia mengatakan, 'Mereka yang ingin mengejar dunia, ia harus meraihnya dengan ilmu. Demikian juga mereka yang ingin meraih kesuksesan di akhirat.” 
 
وقال ما أفلح في العلم إلا من طلبه بالقلة
 
“Imam As-Syafi’i berkata, ‘Tiada yang beruntung dalam menuntut ilmu kecuali orang yang mengejarnya secara total.’” (An-Nawawi, Al-Majmu': 33)
 
Semoga selalu dinaungi Rahmat dan selalu diberikan ketetapan Iman Islam dan dijadikan hamba yang selalu berusaha untuk menjadi lebih baik lagi, semoga bermanfaat.
Al Fatihah

0 komentar:

Posting Komentar